Puisi: Dalam Perjalanan (Karya Dwiarti Mardjono)

Puisi “Dalam Perjalanan” karya Dwiarti Mardjono menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan kesedihan, kesakitan, dan harapan.
Dalam Perjalanan

suram bumi di dukungan
rintih-rintih semakin menindas hati
terbaring badan sendiri
diselimuti kenangan pagi-paginya teramat cerah

hari demi hari dikenali dunia yang asing
satu kehidupan ditimang kesah dan kesakitan
wajah-wajah tergolek
menyimpan ketakutan dan keputusan

semuanya menunggu
kapan pun suara menembus dinding kamar
menyentuh putih kelambu tertutup
dan mengusapnya mesra:
kesabaran adalah kebesaran

pejamkan kembali mata sayang
susut keresahan dan putus asa
tetes-tetes darah akan kering sendirinya

dan senantiasa akan berulang bisik itu
di senandung kudus pengantar malam
tetes-tetes darah akan kering sendirinya
kerna oleh tangan-Nya
segala tumbuh dan luluh
relakan airmata hari-hari ini.

Surabaya, 1962

Sumber: Tonggak 2 (1987)

Analisis Puisi:

Puisi “Dalam Perjalanan” karya Dwiarti Mardjono adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan kesedihan, kesakitan, dan harapan. Dalam puisi ini, Dwiarti mengajak pembaca untuk mengeksplorasi pengalaman emosional dan spiritual yang muncul dalam proses menghadapi tantangan hidup. Mari kita telaah makna dan tema yang terkandung dalam puisi ini.

Kegelapan dan Kesedihan

Puisi ini dibuka dengan gambaran yang suram dan penuh penderitaan: “suram bumi di dukungan / rintih-rintih semakin menindas hati.” Kalimat ini menggambarkan suasana hati yang tertekan dan mengalami penderitaan yang mendalam. Penggambaran bumi yang suram dan rintihan yang menindas hati menciptakan kesan bahwa kehidupan saat ini penuh dengan kesulitan dan beban emosional.

Namun, di balik suasana suram ini, terdapat kenangan masa lalu yang cerah: “terbaring badan sendiri / diselimuti kenangan pagi-paginya teramat cerah.” Kenangan akan pagi-pagi yang cerah memberikan kontras yang tajam terhadap keadaan saat ini, menunjukkan bahwa meskipun ada kesulitan, ada juga momen-momen bahagia yang pernah ada.

Ketidakpastian dan Ketakutan

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan pengalaman hidup yang asing dan penuh kesakitan: “hari demi hari dikenali dunia yang asing / satu kehidupan ditimang kesah dan kesakitan.” Frasa ini mencerminkan rasa ketidakpastian dan perjuangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Wajah-wajah yang “tergolek” menunjukkan bahwa banyak orang mungkin juga mengalami ketakutan dan kebingungan dalam perjalanan mereka.

Penggunaan kata “menunggu” menunjukkan ketegangan dan harapan yang melingkupi situasi tersebut. Ketika suara menembus dinding kamar dan menyentuh kelambu, ini menggambarkan keinginan untuk mendapatkan kelegaan dan dukungan dalam menghadapi kesulitan. Frasa “kesabaran adalah kebesaran” mengisyaratkan bahwa meskipun sulit, kesabaran adalah kunci untuk menghadapi dan mengatasi masalah.

Penghiburan dan Pengharapan

Puisi ini kemudian beralih ke pesan penghiburan dan pengharapan: “pejamkan kembali mata sayang / susut keresahan dan putus asa.” Kalimat ini menawarkan dorongan untuk menenangkan diri dan melepaskan keresahan. Pengulangan frasa “tetes-tetes darah akan kering sendirinya” menggambarkan keyakinan bahwa kesulitan dan penderitaan tidak akan bertahan selamanya dan akan hilang seiring waktu.

Pesan akhir puisi ini, “dan senantiasa akan berulang bisik itu / di senandung kudus pengantar malam / tetes-tetes darah akan kering sendirinya / kerna oleh tangan-Nya / segala tumbuh dan luluh / relakan airmata hari-hari ini,” menegaskan bahwa melalui kesabaran dan keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi, segala kesulitan akan berlalu. Penggunaan ungkapan “tangan-Nya” menunjukkan keyakinan pada kekuatan ilahi yang akan membantu mengatasi penderitaan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik.

Puisi “Dalam Perjalanan” karya Dwiarti Mardjono adalah sebuah karya yang mendalam dan emosional, menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan kesedihan dan harapan. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan simbolis, Dwiarti mengajak pembaca untuk merenung tentang kesulitan hidup dan pentingnya kesabaran serta kepercayaan dalam menghadapi tantangan. Puisi ini memberikan dorongan untuk percaya bahwa, meskipun penderitaan bisa terasa tidak ada habisnya, ada harapan bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik dengan waktu dan kesabaran.

Dwiarti Mardjono
Puisi: Dalam Perjalanan
Karya: Dwiarti Mardjono

Biodata Dwiarti Mardjono:
  • Dwiarti Mardjono lahir pada tanggal 10 Agustus 1935 di Cilacap, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.