Puisi: Cakar atau Ekor? (Karya Mahatmanto)

Puisi "Cakar atau Ekor?" karya Mahatmanto menggambarkan pertentangan dan dualitas dalam kehidupan, serta upaya untuk menemukan identitas dan ...
Cakar atau Ekor?

Di mana batas?
semua hendak serba bebas
melanggar,
meliar.

Bukankah setiap selalau hendak serba baru,
jadi menipu, memalsu?
serba aksi, jadi imitasi?
serba kuasa,
jadi memerkosa?

Ah, hanya pun kiri,
kalau selalu hendak serba kiri,
paling ke kiri dari yang terkiri,
di sana sayap jadi cakar...
Sebaliknya pun; kanan,
kalau serba paling terkanan,
di sana sayap jadi ekor...

1947

Sumber: Astana Kastawa II (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Cakar atau Ekor?" karya Mahatmanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pertentangan dan dualitas dalam kehidupan, serta upaya untuk menemukan identitas dan posisi yang tepat di tengah dinamika sosial dan politik.
  • Tema Pertentangan dan Dualitas: Puisi ini mengangkat tema pertentangan antara kebebasan dan batasan, keinginan untuk inovasi dan kemungkinan untuk penyalahgunaan atau eksploitasi kekuasaan. Penggunaan metafora "cakar" dan "ekor" menggambarkan dua ekstrem atau dua sisi dari satu entitas atau individu.
  • Kritik terhadap Kemunafikan dan Imitasi: Mahatmanto menggunakan bahasa yang tajam untuk mengkritik kemunafikan dan imitasi dalam masyarakat. Puisi menyoroti bagaimana keinginan untuk selalu memiliki hal-hal baru sering kali mengarah pada manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan.
  • Penggunaan Bahasa dan Gaya: Bahasa dalam puisi ini kuat dan penuh dengan retorika yang memprovokasi pemikiran. Pengulangan kata-kata seperti "serba", "kiri", "kanan", "sayap", "cakar", dan "ekor" menciptakan ritme yang kuat dan memperkuat tema dualitas dan pertentangan.
  • Simbolisme "Cakar" dan "Ekor": Simbolisme sayap yang menjadi cakar atau ekor mencerminkan perjuangan untuk menemukan identitas atau posisi yang tepat dalam konteks yang terus berubah. "Cakar" mungkin merujuk pada agresi atau dominasi, sementara "ekor" mungkin melambangkan kepatuhan atau ketergantungan.
  • Refleksi Sosial dan Politik: Puisi ini juga dapat dipahami sebagai refleksi terhadap dinamika sosial dan politik, di mana individu atau kelompok berjuang untuk memahami dan menentukan peran mereka dalam lingkungan yang kompleks dan berubah-ubah.
Melalui puisi "Cakar atau Ekor?", Mahatmanto mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konflik internal dan eksternal yang mungkin dihadapi dalam mencari jati diri dan keadilan. Penggunaan bahasa yang tajam dan gambaran yang kuat membuat puisi ini tidak hanya menarik untuk dibaca, tetapi juga memprovokasi refleksi mendalam tentang kondisi manusia dan masyarakat modern.

Puisi: Cakar atau Ekor?
Puisi: Cakar atau Ekor?
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.
© Sepenuhnya. All rights reserved.