Analisis Puisi:
Puisi "Buta dan Kesangsian" karya Mahatmanto adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema-tema kompleks seperti kegelapan dan pencerahan, ketundukan dan keraguan.
- Kontras Antara Kegelapan dan Pencerahan: Puisi ini menghadirkan kontras yang kuat antara kegelapan ("Buta bersatu dalam gelap") dan pencerahan ("Fajar memancar, mata meraba sinar"). Kontras ini mencerminkan perjalanan subjektif tokoh dari keadaan buta, kesunyian, dan keraguan menuju pencerahan dan pemahaman yang lebih mendalam.
- Perjuangan Subjektif Tokoh: Tokoh dalam puisi ini menggambarkan perjuangan pribadi yang melibatkan jatuh bangun, pertentangan batin, dan pencarian identitas diri dalam konteks spiritualitas dan eksistensialisme. Bahasa yang digunakan seperti "aku menurut kemana saja dibawa" menunjukkan ketundukan dan penyesuaian diri dalam menghadapi arus kehidupan.
- Penggunaan Bahasa dan Gaya: Mahatmanto menggunakan bahasa yang kuat dan ritmis untuk menciptakan atmosfer yang intens dan memikat. Pengulangan frasa seperti "aku menyumpah" dan "di sini aku berdiri masih / di tempat aku berdiri tadi juga" menambahkan kedalaman emosi dan keputusasaan yang dirasakan oleh tokoh.
- Pertanyaan Eksistensial dan Spiritual: Puisi ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang keberadaan dan tujuan hidup, serta pertentangan antara kegelapan dan terang dalam pencarian makna hidup. Penggunaan kata-kata seperti "aku bersorak: ya, Tuhan, ya Nur / inilah agaknya diriku!" mengungkapkan upaya tokoh untuk mencapai pencerahan dan koneksi spiritual yang lebih dalam.
- Kesimpulan yang Melankolis: Puisi ini diakhiri dengan gambaran senja yang merangkak dan gelap yang menggumul, menciptakan kesan yang melankolis dan reflektif. Ini menyoroti kehampaan dan perjuangan yang mendasari perjalanan manusia dalam mencari arti hidup dan eksistensi mereka.
Melalui puisi "Buta dan Kesangsian", Mahatmanto tidak hanya menghadirkan perjalanan spiritual individu yang penuh dengan konflik batin, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjuangan antara kegelapan dan terang dalam hidup manusia. Puisi ini merupakan gambaran yang mendalam tentang keraguan, kepatuhan, dan pencarian makna yang melekat pada eksistensi manusia.
Karya: Mahatmanto
Biodata Mahatmanto:
- Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
- Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.