Puisi: Bulan Bebas (Karya Mahatmanto)

Puisi "Bulan Bebas" karya Mahatmanto menggambarkan perbandingan antara kebebasan dan keterikatan, serta interpretasi subjektif terhadap realitas ...
Bulan Bebas

Kau katakan disangkup awan,
sedang ia di cakrawala, bebas
di celah daun,
pada hal ia di langit luas.
Rasakan berjalan, melampau gumpalan awan
Sedang arahkan mega-mega berlari-larian. Bukan bulan.
Tersenyum mengejek bulan bersinar, kepadamu,
Tiada tergolek, tetap di langit biru. Selalu

Sumber: Panca Raya (15 Maret 1947)

Analisis Puisi:

Puisi "Bulan Bebas" karya Mahatmanto menggambarkan perbandingan antara kebebasan dan keterikatan, serta interpretasi subjektif terhadap realitas yang diamati.
  • Tema Kebebasan dan Keterikatan: Puisi ini mengangkat tema tentang bulan yang disangkup awan, namun sebenarnya bulan tersebut bebas di langit luas. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai perumpamaan tentang konsep kebebasan yang sering kali dibatasi atau disalahpahami oleh persepsi subjektif manusia.
  • Permainan Bahasa dan Imaji: Mahatmanto menggunakan permainan bahasa dan imaji untuk menciptakan suasana yang kontras antara apa yang tampak dan apa yang sebenarnya terjadi. Misalnya, "mega-mega berlari-larian" menggambarkan gerakan awan yang dinamis, namun bulan tetap "tersenyum mengejek" karena tetap teguh di langit biru.
  • Kritik terhadap Interpretasi Subjektif: Puisi ini bisa dianggap sebagai kritik terhadap interpretasi subjektif manusia terhadap realitas. Ketika bulan sebenarnya bebas di langit, persepsi manusia dapat menganggapnya terikat atau terhalang oleh awan, yang mencerminkan bagaimana pandangan individu dapat mempengaruhi persepsi tentang kebebasan dan keterikatan.
  • Bahasa yang Kuat dan Ritmis: Bahasa dalam puisi ini memiliki ritme yang kuat dan mengalir, dengan penggunaan frasa seperti "sedang arahkan mega-mega berlari-larian" yang menciptakan gambaran yang hidup dan dinamis. Hal ini membantu memperkuat tema tentang gerakan dan kebebasan.
  • Refleksi tentang Keabadian dan Ketetapan: Puisi ini mengakhiri dengan refleksi tentang bulan yang "tiada tergolek, tetap di langit biru. Selalu." Ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keabadian dan ketetapan dalam konteks alam semesta, serta bagaimana hal tersebut dapat dihubungkan dengan konsep kebebasan dan keterikatan dalam kehidupan manusia.
Melalui puisi "Bulan Bebas", Mahatmanto berhasil menggambarkan kompleksitas tema kebebasan dan keterikatan dengan gaya bahasa yang indah dan refleksi yang dalam. Puisi ini tidak hanya mengundang pembaca untuk merenungkan tentang persepsi subjektif terhadap realitas, tetapi juga mengajak untuk mempertimbangkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan keabadian.

Puisi: Bulan Bebas
Puisi: Bulan Bebas
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.
© Sepenuhnya. All rights reserved.