Puisi: Benang Merah (Karya Fitri Yani)

Puisi "Benang Merah" karya Fitri Yani menciptakan gambaran tentang keberlanjutan hubungan dan pertemuan yang penuh dengan kebetulan dalam ....
Benang Merah


bulan berwarna merah, terpantul di wajah kolam

malam ini ia memikirkanmu;
di dalam pikirannya kau duduk di pelataran
menikmati segelas teh dan sore yang remang
sambil memikirkan pertemuan dua hari lalu
dengan seorang perempuan
di perbatasan jalan
ketika tengah berpikir tentang rencana berlibur
kau dan dia berpapasan
lalu perempuan itu berdiri menatapmu
sambil memikirkan kekasihnya di tanah seberang
yang bimbang memikirkan jalan pulang
jalan yang sesungguhnya begitu-begitu saja
dilalui dan ditinggalkan
kalian berkenalan dan berbincang di sebuah taman
menerka-nerka pikiran dan kemungkinan di masa depan
perempuan itu mulai berpikir tentang matamu
yang dihuni musim semi
sementara kau memikirkanku
yang sore itu menunggumu dengan setumpuk rindu

benarkah kita berada dalam kemungkinan-kemungkinan lain
pada setiap peristiwa yang saling berjalinan

bulan berwarna merah, di tengahnya siluet ranting patah.

Juni, 2012

Sumber: Jurnal Nasional (6 Januari 2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Benang Merah" karya Fitri Yani menciptakan gambaran tentang keberlanjutan hubungan dan pertemuan yang penuh dengan kebetulan dalam kehidupan sehari-hari.

Imaji dan Atmosfer: Penulis menggunakan imaji bulan berwarna merah dan wajah kolam untuk membentuk atmosfer malam yang romantis dan merenung. Nuansa warna merah menciptakan rasa hangat dan misteri, sementara wajah kolam memperkuat kesan keindahan yang terpantul.

Pertautan dengan Alam dan Perasaan: Puisi ini mengaitkan perasaan dan hubungan manusia dengan elemen alam, seperti musim semi dan bulan merah. Ini menciptakan perasaan keberlanjutan dan keterkaitan antara perasaan pribadi dan alam semesta.

Kejutan dan Kebetulan: Puisi membahas pertemuan yang muncul secara tak terduga dan kebetulan dalam kehidupan sehari-hari. Pertemuan antara "kau" dan perempuan di perbatasan jalan mengilustrasikan kejutan hidup yang dapat mengubah arah dan membawa pemahaman baru.

Pertautan antara Individu: Penulis menyampaikan konsep pertautan dan kebersamaan antara individu melalui gambaran pertemuan dengan perempuan yang memikirkan kekasihnya di tanah seberang. Hal ini menciptakan narasi yang kompleks dan menggambarkan kerumitan hubungan manusia.

Benang Merah sebagai Metafora: Judul "Benang Merah" dapat diartikan sebagai metafora untuk ikatan atau hubungan yang tak terlihat namun selalu ada. Metafora ini menyiratkan keberlanjutan hubungan dan kemungkinan pertautan yang melibatkan takdir atau kebetulan.

Puisi "Benang Merah" menciptakan gambaran keindahan malam yang penuh misteri, sekaligus merenungkan kebetulan dan pertautan antara individu. Dengan menggunakan elemen alam, kejutan, dan metafora, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keberlanjutan hubungan dalam kehidupan sehari-hari.

Fitri Yani
Puisi: Benang Merah
Karya: Fitri Yani

Biodata Fitri Yani:
  • Fitri Yani lahir pada tanggal 28 Februari 1986 di Liwa, Lampung Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Potret Musim Panas musim panas menjadi tua pohon-pohon kurus, parau dan layu para perempuan di rumah bordil berdansa dan menyibak sepi dari mata yang kering pa…
  • Menunggu ada yang hidup dari rindu tumbuh di dalam kalbu dan setiap malam datang membelai dengan syahdu. 2010Sumber: Lampung Post (13 Juni 2010)Analis…
  • Gerbang Malam langit menggugurkan daun-daun hujan yang tajam mozaik-mozaik kota tersusun  di sebuah lorong panjang burung-burung hitam melintas di atas kota…
  • Seekor Burung ia berusaha mengepakkan sayapnya  sebab pedih dan dendam terpelihara amat sentosa kuku-kukunya meruncing  matanya setajam ilalang hari …
  • Pengembara engkau yang mengunjungi kota berbekal rencana dan doa yang berdesakan di halte-halte tua jalan raya dan selasar pasar berbesar hatilah pada masa lalu iz…
  • Pangeran Riya aku kehilangan peta seorang diri di tengah samudera bintang mana yang akan kutatap semalaman, Puan langit itu tersibak, malam benderang wajahmu tergam…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.