Puisi: Bayang-Bayang Sesudah Sore (Karya Nyoman Anarti Panoshada)

Puisi "Bayang-Bayang Sesudah Sore" karya Nyoman Anarti Panoshada mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dari waktu yang berlalu dan efeknya ...
Bayang-Bayang Sesudah Sore

Bayang-bayang sesudah sore
apakah ini sisa dari lembayung
hingga harus kuletakkan apa-apa yang kupegang
memang kemarin ada berita
di sini ada perjamuan
dan aku membawa satu lembar
katanya, satu di antaranya
aku yang berpita emas
(bayang-bayang sesudah sore
apa ini sisa dari lembayung
hingga harus kuletakkan
apa-apa yang kupegang?)

Yogyakarta, Juni 1980

Sumber: Astana Kastawa 2 (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Bayang-Bayang Sesudah Sore" karya Nyoman Anarti Panoshada adalah sebuah karya yang memperlihatkan kompleksitas dalam pengalaman pribadi dan refleksi atas kehadiran dan kenangan. Melalui penggunaan bahasa yang metaforis dan atmosferik, Panoshada mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dari waktu yang berlalu dan efeknya terhadap individu.

Gambaran Bayang-Bayang dan Sore

Puisi ini dimulai dengan gambaran "Bayang-bayang sesudah sore", yang menunjukkan suasana atau atmosfer setelah matahari terbenam. Bayang-bayang di sini dapat diartikan sebagai representasi dari kenangan atau sisa-sisa dari pengalaman yang telah berlalu, menciptakan suasana melankolis atau introspektif.

Pertanyaan Tentang Kenangan dan Identitas

Puisi ini mengajukan pertanyaan introspektif tentang keberadaan dan kenangan: "apakah ini sisa dari lembayung / hingga harus kuletakkan apa-apa yang kupegang?". Pertanyaan ini mencerminkan refleksi atas bagaimana kenangan atau pengalaman masa lalu mempengaruhi dan mungkin membebani individu dalam kehidupan mereka saat ini.

Simbolisme Perjamuan dan Lembaran

Ada gambaran tentang "perjamuan" dalam puisi ini, yang bisa diartikan sebagai pengalaman atau momen penting dalam kehidupan seseorang. Penyebutan "satu lembar / katanya, satu di antaranya / aku yang berpita emas" memberikan nuansa misteri atau pentingnya sesuatu yang mungkin berharga atau simbolis dalam konteks puisi ini.

Pengulangan dan Emosi

Pengulangan ("Bayang-bayang sesudah sore / apa ini sisa dari lembayung / hingga harus kuletakkan / apa-apa yang kupegang?") menekankan rasa pertanyaan atau keraguan yang mendasari pengalaman yang diungkapkan dalam puisi ini. Hal ini juga menciptakan ritme dan atmosfer yang konsisten sepanjang keseluruhan puisi.

Makna dan Interpretasi Pribadi

Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna dari waktu yang berlalu dan pengaruhnya terhadap perasaan dan identitas individu. Pemilihan kata-kata yang dipertimbangkan dengan hati-hati oleh Panoshada mengarah pada interpretasi pribadi yang dalam tentang bagaimana seseorang menyikapi dan memahami pengalaman hidup mereka.

Puisi "Bayang-Bayang Sesudah Sore" karya  Nyoman Anarti Panoshada adalah sebuah karya yang membangkitkan pertanyaan introspektif tentang kehadiran dan kenangan dalam kehidupan. Dengan menggunakan bahasa yang simbolis dan atmosfer yang kaya, Panoshada menciptakan sebuah narasi yang menggugah untuk merenungkan tentang arti dari waktu, kenangan, dan identitas diri dalam konteks perjalanan hidup yang terus berlanjut.

Puisi
Puisi: Bayang-Bayang Sesudah Sore
Karya: Nyoman Anarti Panoshada

Biodata Nyoman Anarti Panoshada:
  • Nyoman Anarti Panoshada lahir pada tanggal 15 Oktober 1955 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.