Puisi: Anjing Belang (Karya Mahatmanto)

Puisi "Anjing Belang" karya Mahatmanto menghadirkan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan antara manusia dan hewan, serta pertanyaan ...
Anjing Belang

Sering kami berjumpa di sini
hampir setiap malam hari
di malam kelam dan terang
kalau aku pergi ke belakang
mengambil air sembahyang
dan dia mencari sisa-sisa yang terbuang
di keranjang sampah dekat perigi.

Pernah dia terpijak
dan aku terkejut melompat.
Dia memekik kikik dan terus lari.
Mungkin dai marah dan mengutuki
sedang sekali-kali tidak kusengaja.
Timbul pertanyaan yang mengerikan dalam hati
– Siapa di antara kami yang paling dikasihi Ilahi?

Aku, ataukah anjing belang kerdil kecil ini
dengan lidah yang meraba-raba sampah
di atas tanah?

1950

Analisis Puisi:

Puisi "Anjing Belang" karya Mahatmanto menghadirkan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan antara manusia dan hewan, serta pertanyaan eksistensial tentang kedekatan dengan Ilahi.

Tema Sentral

Puisi ini mengeksplorasi tema persahabatan dan hubungan antara manusia dengan hewan, khususnya anjing. Mahatmanto menggambarkan pertemuan rutin dengan anjing belang ini, yang sering terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti di malam hari saat mencari makanan di keranjang sampah.

Hubungan Manusia dan Hewan

Melalui narasi yang intim, penyair memperlihatkan kedekatannya dengan anjing tersebut. Meskipun pada awalnya mungkin terdapat ketegangan saat anjing tersebut terpijak dan melarikan diri, hubungan ini mencerminkan kehadiran yang akrab dan terbiasa antara manusia dan hewan peliharaan.

Pertanyaan Eksistensial

Puisi ini juga mengangkat pertanyaan yang dalam tentang hubungan spiritual antara manusia dan ciptaan lainnya. Ketika penyair bertanya, "Siapa di antara kami yang paling dikasihi Ilahi? Aku, ataukah anjing belang kerdil kecil ini," ia menggugah pemikiran tentang kasih sayang Ilahi yang meliputi semua makhluk hidup, termasuk hewan-hewan yang sering dianggap remeh.

Imajeri dan Penggambaran Emosional

Mahatmanto menggunakan imaji-imaji yang sederhana namun kuat untuk menggambarkan momen-momen dalam interaksi mereka. Gambaran anjing yang meraba-raba sampah di atas tanah menciptakan gambaran yang jelas tentang kehidupan sehari-hari dari sudut pandang anjing tersebut.

Gaya Bahasa dan Struktur

Gaya bahasa penyair dalam puisi ini sederhana dan mudah dipahami, tetapi memiliki kedalaman emosional yang kuat. Struktur puisi yang terdiri dari tiga bait dengan baris-baris pendek yang membantu dalam menyampaikan narasi intim dan reflektif.

Puisi "Anjing Belang" karya Mahatmanto adalah sebuah karya yang menggambarkan tidak hanya hubungan antara manusia dan hewan, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan yang menggugah tentang eksistensi dan spiritualitas. Dengan menggunakan pengalaman pribadi dan imaji yang kuat, Mahatmanto mengajak pembaca untuk merenungkan makna kasih sayang Ilahi yang meliputi semua ciptaan-Nya, termasuk makhluk-makhluk yang sering dianggap sepele seperti anjing belang dalam puisi ini.

Dengan demikian, puisi "Anjing Belang" bukan hanya sebuah kisah tentang pertemanan antara manusia dan hewan, tetapi juga sebuah cerminan dari kompleksitas hubungan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi: Anjing Belang
Puisi: Anjing Belang
Karya: Mahatmanto

Biodata Mahatmanto:
  • Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
  • Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.