Puisi: Aku Melirik (Karya Catur Stanis)

Puisi "Aku Melirik" karya Catur Stanis mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari keberadaan, harapan, dan kenyataan yang tak terelakkan.
Aku Melirik

akulah lirik
yang bersembunyi di sebalik rintik
hujan yang memecah sunyi malam
dalam ricik yang menggumam kelam
adalah kita yang diam 
menanti pagi usai menyapa rembulan

akulah lirik
yang mendendang sunyi
sembari berharap pada talam mimpi
sebongkah asa yang menua 
mengucap menjadi sabda
adalah kau dan aku tanpa mereka

akulah lirik
yang diam-diam melirik
dalam larik tanya tak kunjung sirna
diguyur rintik menyisakan bintik
bercak memerah serupa darah
adalah kenyataan yang tak bisa diundurkan

nyanyi sangsi lagu ragumu
mengulir rusuh pada tangkai birama
menciutkan nyali partitur
membungkam tangga nada

akulah lirik
mengalir lirih pedih 
nyaris tak terdengar
tak ada lagi suara
kata-kata
pun juga bahasa.

Jogjakarta, Januari 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Melirik" karya Catur Stanis adalah karya yang mendalam dan penuh dengan simbolisme. Melalui lirik-liriknya, Stanis mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari keberadaan, harapan, dan kenyataan yang tak terelakkan. Puisi ini menggabungkan elemen alam dengan refleksi introspektif, menciptakan suasana yang melankolis dan kontemplatif.

Tema Utama

  • Eksistensi dan Keberadaan: Puisi ini menyoroti eksistensi sang 'aku' yang bersembunyi di balik hujan malam. Sang 'aku' diidentifikasi sebagai 'lirik' yang menanti pagi dan menyapa rembulan, menggambarkan keberadaan yang tersembunyi namun tetap hadir dan bermakna.
  • Kesendirian dan Harapan: Ada tema kesendirian yang kuat dalam puisi ini. Sang 'aku' mendendang sunyi dan berharap pada talam mimpi, mencerminkan harapan yang masih ada meski dalam kesendirian. Harapan ini digambarkan sebagai sebongkah asa yang menua, menunjukkan bahwa meskipun harapan ada, ia semakin pudar seiring berjalannya waktu.
  • Kenyataan dan Ketidakpastian: Puisi ini juga mengangkat tema kenyataan yang tak bisa diundurkan dan ketidakpastian yang terus ada. Melalui metafora hujan dan darah, Stanis menggambarkan bagaimana kenyataan yang pahit tak bisa dihindari dan selalu ada dalam kehidupan kita.

Struktur dan Bahasa

  • Simbolisme: Stanis menggunakan simbolisme hujan, rembulan, dan darah untuk menggambarkan emosi dan kenyataan hidup. Hujan yang memecah sunyi malam dan darah yang memerah menggambarkan kesedihan dan kenyataan pahit yang tidak bisa dihindari.
  • Repetisi: Pengulangan frasa "akulah lirik" memberikan penekanan pada identitas sang 'aku' dan perannya dalam puisi ini. Repetisi ini juga membantu menciptakan ritme yang mendalam dan reflektif.
  • Bahasa yang Melankolis: Penggunaan bahasa yang melankolis dan penuh imaji menciptakan suasana yang introspektif dan sedih. Frasa seperti "mengalir lirih pedih" dan "nyaris tak terdengar" menggambarkan perasaan mendalam yang nyaris tak terungkapkan.

Analisis Mendalam

  • Personifikasi: Puisi ini mempersonifikasikan 'lirik' sebagai entitas yang memiliki emosi dan keberadaan. Ini memberikan dimensi manusiawi pada lirik, membuatnya lebih hidup dan mendalam.
  • Konflik Internal: Ada konflik internal yang digambarkan melalui nyanyi sangsi dan lagu ragu. Ini mencerminkan pergolakan batin sang 'aku' yang berusaha memahami dan menerima kenyataan yang ada.
  • Harapan yang Menipis: Harapan yang digambarkan sebagai sebongkah asa yang menua menunjukkan bagaimana harapan tersebut semakin pudar seiring waktu. Ini memberikan nuansa pesimis yang memperdalam makna puisi.
  • Diam dan Ketidakpastian: Diam dan ketidakpastian menjadi tema sentral dalam puisi ini. Sang 'aku' yang diam-diam melirik menggambarkan keraguan dan ketidakpastian yang selalu ada dalam hidup, menambah kedalaman emosi yang dirasakan pembaca.
Puisi "Aku Melirik" karya Catur Stanis adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan emosi mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang melankolis dan simbol-simbol alam, Stanis menggambarkan tema eksistensi, kesendirian, harapan, dan kenyataan dengan cara yang introspektif dan reflektif. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna keberadaan dan kenyataan yang tak bisa dihindari, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan penuh perenungan.

Catur Stanis
Puisi: Aku Melirik
Karya: Catur Stanis

Biodata Catur Stanis:
  • Catur Stanis lahir dengan nama Catur Nugroho pada tahun 1969 di Ngampilan, Yogyakarta. 
  • Catur Stanis meninggal dunia pada tanggal 9 April 2015
© Sepenuhnya. All rights reserved.