Puisi: Minggu Berdinding Ungu (Karya Inggit Putria Marga)

Puisi "Minggu Berdinding Ungu" karya Inggit Putria Marga menggambarkan dunia dalam pandangan anak dan mengajak pembaca merenung tentang ....
Minggu Berdinding Ungu

buah busuk pohon hujan yang rontok di semua jalan
menghalangi langkah kami pergi ke taman hiburan.
namun, anakku bukanlah makhluk yang gemar mengubah
hatinya jadi kolam bagi ikan-ikan kesedihan.
tak jadi ke taman hiburan, tidak sama dengan
tidak dapat hiburan.

dengan krayon putih, di keping ungu dinding kamar
anakku menggambar pesawat. setelahnya,
ia menggambar awan, truk tanpa spion dan lampu,
bebek tak bermata tak bermulut, angka 1 sampai 25
bus bertingkat empat, sebilah tangga, serta
jalan naik-turun panjang dan berliku.

dia tidak menggambar ayam, botol susu,
labu siam, kembang kol, klakson mobil
atau palang pintu rel kereta api. sebagaimana
ia tak ingin melihat, mendengar, menyentuh,
dan menelan semua itu
di semua tempat termasuk dinding ungu
di semua hari termasuk minggu.

“aku hanya ingin menggambar yang kusuka saja.”

ia berikan jawaban itu, saat padanya hatiku bertanya
mengapa, bahkan dengan goresan paling semu
tak ada gambar diriku di situ,
tapi mulutku hanya sanggup bertanya
mengapa dia menggambar bebek
bukan menggambar ayam.

2018

Sumber: Empedu Tanah (2020)

Analisis Puisi:
Puisi "Minggu Berdinding Ungu" karya Inggit Putria Marga adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan makna dan emosi, menggambarkan dunia dalam pandangan anak dan mengajak pembaca merenung tentang persepsi serta pilihan individual. Puisi ini mengungkapkan kerumitan pemahaman dan hubungan antara anak dan dunianya.

Pertentangan Antara Dunia Anak dan Dunia Dewasa: Puisi ini menggambarkan kontras antara dunia anak, yang dipahami melalui pandangan anak, dengan dunia dewasa yang lebih kompleks. Beberapa simbol, seperti buah busuk pohon hujan yang menghalangi pergi ke taman hiburan, mengilustrasikan hambatan dunia dewasa terhadap dunia anak.

Pilihan dan Keterbatasan: Anak dalam puisi ini menunjukkan pilihan dan preferensinya yang jelas. Ia hanya ingin menggambar apa yang disukainya, dan ini mencerminkan keterbatasan pengetahuan dan keinginan anak yang mungkin tidak selalu memahami konteks dewasa. Pilihan anak ini menjadi perbandingan dengan pemahaman orang dewasa tentang dunia.

Simbolisme Gambaran Anak: Gambaran anak dalam puisi ini adalah simbol ketulusan, kejujuran, dan ketidaktahuan. Anak menggambar apa yang ia sukai tanpa memikirkan aspek praktis atau konvensi. Ini dapat mencerminkan kemampuan anak untuk melihat dunia tanpa prasangka dan tuntutan.

Ketidaksempurnaan Dunia Dewasa: Puisi ini juga menggambarkan ketidaksempurnaan dunia dewasa, yang terlihat dari gambaran benda-benda di dinding ungu kamar. Ketidaksempurnaan ini merujuk pada dunia yang kadang-kadang rumit dan tidak selalu dapat dijelaskan oleh logika anak.

Pemahaman Orang Tua dan Anak: Puisi ini menyoroti perbedaan pemahaman antara orang tua dan anak. Orang tua mungkin memiliki pertanyaan dan rasa ingin tahu tentang pilihan anak, sementara anak mungkin tidak selalu mampu menjelaskan alasan pilihannya.

Puisi "Minggu Berdinding Ungu" karya Inggit Putria Marga menghadirkan perspektif yang penuh makna dan emosi tentang perbedaan pandangan antara dunia anak dan dunia dewasa. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pemahaman individual, ketulusan, dan keterbatasan dalam melihat dunia.

Inggit Putria Marga
Puisi: Minggu Berdinding Ungu
Karya: Inggit Putria Marga

Biodata Inggit Putria Marga:
  • Inggit Putria Marga lahir pada tanggal 25 Agustus 1981 di Tanjung Karang, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.