Puisi: Menyambut Kenduri Adat (Karya Syamsu Indra Usman)

Puisi "Menyambut Kenduri Adat" karya Syamsu Indra Usman mengekspresikan kekhawatiran penyair tentang generasi muda yang mulai meninggalkan nilai ...
Menyambut Kenduri Adat

Ke mana perginya anak-anakku
            Diam-dian telah kunyalakan
Kancung-kancung telah kusiapkan
            Untuk menyambut kenduri adat
            Yang saban tahun merupakan tradisi
Rumah-rumah sako telah kosong
Para tetua adat tetap saja membakar kemenyan
Dupuan telah juga mengepulkan asap
            Sedangkan istriku masih saja mengigau di sudut
kamar
            Berteriak memasukkan roh nenek moyang
            Yang enggan pulang kembali ke makam
Anak-anakku pergi meninggalkan kenduri
Keluar dari tradisi memuja roh leluhur
Tuhan takkan ada yang serupa dan menyerupai

Tebing Tinggi, 2010

Sumber: Bisikan Malaikat (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Menyambut Kenduri Adat" karya Syamsu Indra Usman adalah puisi yang menggambarkan benturan antara tradisi dan modernitas. Puisi ini mengekspresikan kekhawatiran penyair tentang generasi muda yang mulai meninggalkan nilai-nilai dan ritual adat yang telah diwariskan turun-temurun.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pergeseran budaya dan krisis identitas yang terjadi ketika generasi muda menjauh dari tradisi leluhur. Melalui puisi ini, penyair menyampaikan rasa prihatin dan kerinduannya terhadap kelestarian adat yang semakin terpinggirkan oleh perkembangan zaman.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang teratur dengan penggunaan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna. Berikut adalah beberapa elemen penting dari gaya bahasa yang digunakan:

Pertanyaan Retoris:
  • "Ke mana perginya anak-anakku": Pertanyaan ini mengawali puisi dengan nada keresahan, menggambarkan kekhawatiran penyair terhadap hilangnya generasi muda dalam konteks tradisi adat.
Simbolisme:
  • "Kancung-kancung telah kusiapkan": Kancung-kancung (alat atau perlengkapan kenduri) melambangkan kesiapan untuk melaksanakan tradisi, yang sayangnya tidak lagi diikuti oleh generasi muda.
  • "Rumah-rumah sako telah kosong": Rumah sako melambangkan tempat tinggal atau rumah adat yang seharusnya menjadi pusat aktivitas kenduri, kini kosong ditinggalkan.
Kontras:
  • Puisi ini menggambarkan kontras antara para tetua adat yang masih setia pada tradisi dengan anak-anak yang meninggalkan kenduri. "Para tetua adat tetap saja membakar kemenyan" berlawanan dengan "Anak-anakku pergi meninggalkan kenduri".
Personifikasi:
  • "istriku masih saja mengigau di sudut kamar": Personifikasi ini menggambarkan kondisi batin yang kacau dan kerinduan yang mendalam terhadap kelestarian tradisi leluhur.

Makna

Puisi ini menyampaikan beberapa lapisan makna:
  1. Pergeseran Budaya: Anak-anak yang pergi meninggalkan kenduri mencerminkan generasi muda yang semakin menjauh dari nilai-nilai tradisional dan ritual adat.
  2. Krisis Identitas: Dengan hilangnya partisipasi generasi muda dalam kenduri, ada kekhawatiran bahwa identitas budaya yang diwariskan leluhur akan semakin memudar.
  3. Kehilangan dan Kerinduan: Penyair menggambarkan perasaan kehilangan dan kerinduan terhadap masa lalu ketika tradisi adat masih dijalankan dengan penuh penghormatan.

Simbolisme

  • Kemenyan dan Dupuan: Melambangkan elemen-elemen ritual yang berhubungan dengan pemujaan roh leluhur. Kemenyan dan dupuan yang terus mengepulkan asap mencerminkan upaya para tetua adat untuk mempertahankan tradisi.
  • Roh Nenek Moyang: Simbol dari leluhur yang dihormati dan dirayakan dalam kenduri adat, namun kini enggan pulang karena generasi muda tidak lagi melaksanakan tradisi.

Pesan Moral

Puisi ini menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi leluhur. Penyair mengingatkan bahwa nilai-nilai adat bukan hanya ritual semata, tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya yang harus diwariskan kepada generasi berikutnya.

Puisi "Menyambut Kenduri Adat" karya Syamsu Indra Usman adalah puisi yang menggambarkan dengan jelas pergeseran budaya dan krisis identitas yang dialami masyarakat modern. Melalui simbolisme, kontras, dan pertanyaan retoris, penyair menyampaikan rasa prihatin dan kerinduannya terhadap kelestarian adat yang mulai ditinggalkan generasi muda. Puisi ini menjadi refleksi yang kuat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai tradisional dan menghormati warisan leluhur agar identitas budaya tetap hidup dan berkembang.

Puisi
Puisi: Menyambut Kenduri Adat
Karya: Syamsu Indra Usman

Biodata Syamsu Indra Usman:
  • Syamsu Indra Usman lahir pada tanggal 12 Oktober 1956 di Lahat, Sumatera Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.