Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Bulan" karya Herman RN menggambarkan hubungan yang rumit dan dalam dengan bulan, menggunakan bulan sebagai metafora dari perubahan dan kepergian dalam kehidupan manusia. Penyair menggambarkan ketidakhadiran dan kehadiran bulan sebagai perumpamaan atas kepergian dan kembalinya sesuatu yang bernilai.
Perumpamaan Bulan sebagai Kehadiran dan Ketidakhadiran: Penyair menyatakan perasaan ketika bulan datang dan pergi. Bulan dipandang sebagai simbol keberadaan yang sementara. Kepergiannya menandakan ketidakhadiran yang diterima sebagai suatu kenyataan yang tak terhindarkan dalam aliran waktu.
Pergantian Waktu dan Keabadian Bulan: Puisi menyoroti perubahan yang terus-menerus terjadi dalam alur waktu. Bulan, sebagai elemen yang konsisten dalam siklus perubahan, dilihat sebagai lambang yang tetap, namun sementara dalam kehadirannya.
Hubungan Emosional dengan Bulan: Penyair mengekspresikan rasa cinta, kepasrahan, dan rindu kepada bulan. Rindu ini bukanlah rindu yang bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi lebih kepada perasaan yang tak terucapkan. Ketika bulan hadir, terasa dekat dan dalam, namun ketika pergi, menyisakan rindu yang tidak tergambarkan oleh kata-kata.
Kesimpulan dan Kehendak Terakhir: Puisi menyiratkan bahwa ketika bulan hadir, di dalam pelukannya menyimpan harapan dan pengampunan yang sangat dalam. Penyair menunjukkan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan kehadiran atau kepergian bulan. Namun, saat pertemuan terjadi, yang diinginkan hanya kesatuan antara bulan dan saat-saat kematian.
Puisi "Kepada Bulan" merupakan ungkapan perasaan yang mendalam terhadap bulan, dengan penggunaan bulan sebagai metafora perubahan, kepergian, dan kehadiran dalam kehidupan. Penyair menunjukkan perasaan rindu, harapan, dan ketiadaan kendali atas kehadiran bulan, sekaligus menggambarkan kesatuan yang diharapkan pada saat-saat yang menentukan seperti saat kematian.