Puisi: Kau Terhenti di Persimpangan (Karya Mahdi Idris)

Puisi: Kau Terhenti di Persimpangan Jalan Karya: Mahdi Idris
Kau Terhenti di Persimpangan Jalan


Kau bayangkan kuburan dan kegelapan yang menyulut
ketakutan tanpa akhir. Tapi kau ingin bangkit dengan
seribu daya yang telah kau persiapkan. Menerjang ketakutan itu, 
membuang ke dunia terjauh. Dunia tanpa dikenal.

Kau terhenti di persimpangan jalan. Tapi langkahmu
terus mencari gugusan kehidupan yang baru. Mencari yang
lenyap, menggapai mimpi-mimpi, menjauhi ketakutan dan
kuburan yang terlalu dini.

Kau terhenti di persimpangan jalan. Ingin menata kehidupan
baru, cinta yang baru dan serba kebaruan dalam hidupmu.
Kelak, kau bisa mengubah kegelapan menjadi cahaya. Semoga.

Kau terhenti di persimpangan jalan! Rambu-rambu lenyap
Saat kau tiba. Tak ada tanda dan isyarat. Kau pandangi
awan yang berarak, sesekali menampakkan wajah hujan.
Dalam tas rangsel, kau membawa segulung kertas buram
yang menyita hidupmu menjadi sesuatu yang terabaikan.
Lalu langkahmu mencari cinta di tengah savana. Mengeratnya
menjadi air,  membawamu ke muara. Lalu mengajarimu
berenang tanpa jeda.

Kau terhenti di persimpangan jalan! Cinta tak harus
tergadaikan pada kesia-siaan, katamu, seraya memandang
langit kelam. Hujan tak kunjung turun.
Senja merayap turun ke tubuhmu.


Pondok Kates, 21 Maret 2018

Puisi: Kau Terhenti di Persimpangan
Puisi: Kau Terhenti di Persimpangan Jalan
Karya: Mahdi Idris

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Imajinasi Aku berlayar dalam lautan peluh bernaung di punggung matahari kukhitbah bukit mimpi menjelma taman sorga agar kerinduanku hanyalah pada tanah ini. Perna…
  • Kau Boleh Menangis Kau boleh menangisi kepergianku yang pernah singgah mengisah di bilik tua tentang sekerat cinta yang kutaburi gula kadangkala garam di atasnya K…
  • Cinta Sesungguhnya cinta bukan duri, tapi mawar di hati harum menyerbak tanpa duri bila khianat bukan cinta, tapi nista. Cinta adalah harum mawar yang mampu mengij…
  • Sabda Alam Kurebahkan tubuh di atas waktu harapan berpulang ke hulu di sana air bersabda, dialah paling setia menyuburi tanah ibu. Tubuhku yang telah menjelma sung…
  • Persahabatan Hanya bau tanah yang membedakan kita sedang bau laut tetap asin, juga angin tak pernah berbeda senantiasa bertiup semuanya. Kita adalah sahabat yang…
  • Selamat Jalan Kulambai tangan menyapamu terakhir saat hujan reda air tergenang sebatas lutut; lumpur menempel pada dinding kamar. Selamat jalan! sampai di sini mim…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.