Puisi: Kapal Nuh Itu Masih Ada (Karya Arafat Nur)

Puisi "Kapal Nuh Itu Masih Ada" karya Arafat Nur menggambarkan perjalanan kapal Nuh dalam konteks metafora cinta.
Kapal Nuh Itu Masih Ada


Kapal Nuh itu masih ada
Khidir menumpanginya
Singgah di setiap pelabuhan cinta
Pernah juga singgah di Malahayati

Subuh Minggu itu kapal lagi berlayar
Dari Laut Hindia ke Selat Malaka
Memang sudah terbaca segala pertanda
Dari getar matamu

Tapi kala banjir besar itu menjelma
Kapal itu lagi berlabuh di dadaku
Menurunkan sejumlah cinta.


Lhokseumawe, 14 September 2005

Analisis Puisi:
Puisi "Kapal Nuh Itu Masih Ada" karya Arafat Nur adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan kapal Nuh dalam konteks metafora cinta. Puisi ini memanfaatkan gambaran-gambaran laut, kapal, dan perjalanan untuk menciptakan atmosfer puitis yang mengangkat tema cinta dan perasaan.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Metafora Kapal Nuh: Kapal Nuh digunakan sebagai metafora untuk perjalanan cinta. Kapal yang masih ada ini disebutkan sebagai Khidir menumpanginya, yang menciptakan gambaran bahwa cinta terus berlayar dan mengalami perjalanan, tak pernah surut atau berhenti.
  2. Penggunaan Nama Tempat dan Hari: Puisi ini menyisipkan nama tempat seperti Malahayati dan merinci waktu dengan menyebut Subuh Minggu. Penggunaan elemen waktu dan tempat memberikan kejelasan pada konteks perjalanan cinta, menciptakan nuansa yang lebih hidup.
  3. Personifikasi Kapal: Kapal diberi sifat-sifat manusiawi dengan pernyataan bahwa kapal itu "singgah di setiap pelabuhan cinta." Ini memberikan nuansa bahwa cinta bisa mengunjungi dan mengalami berbagai pengalaman, mirip dengan perjalanan kapal.

Tema

  1. Perjalanan Cinta yang Tak Terhenti: Tema utama puisi ini adalah perjalanan cinta yang terus berlanjut. Kapal Nuh, sebagai simbol cinta, masih ada dan terus berlayar, menempuh berbagai pelabuhan cinta. Hal ini menciptakan gambaran bahwa cinta adalah perjalanan tanpa akhir.
  2. Pertanda dari Getar Matamu: Penggunaan getar matamu sebagai pertanda menunjukkan bahwa perasaan dan intuisi memainkan peran penting dalam perjalanan cinta. Pengarang menggambarkan bahwa segala pertanda telah terbaca dari getar matamu, menambah dimensi emosional pada puisi.
  3. Banjir Besar dan Labuhnya Cinta: Banjir besar yang disebutkan dalam puisi dapat diartikan sebagai momen-momen besar atau peristiwa yang mengubah arah cinta. Kapal Nuh yang berlabuh di dadaku dan menurunkan sejumlah cinta menciptakan gambaran labuhnya cinta dalam hati.

Makna

  1. Cinta yang Mengalami Berbagai Pengalaman: Puisi ini menyiratkan bahwa cinta, seperti kapal Nuh, mengalami berbagai pengalaman dan pelabuhan cinta. Cinta tak hanya tentang pemberian, tetapi juga tentang pengalaman yang membentuk dan mengubah arahnya.
  2. Pentingnya Intuisi dalam Cinta: Getar matamu sebagai pertanda menyoroti pentingnya intuisi dan perasaan dalam menjalani perjalanan cinta. Ini menekankan bahwa terkadang, perasaan lebih kuat daripada kata-kata.
  3. Keabadian dan Labuhnya Cinta: Meskipun banjir besar melanda, kapal Nuh (cinta) tetap ada dan berlabuh di dadaku. Hal ini menciptakan makna tentang keabadian cinta dan bagaimana cinta bisa labuh dan berkembang dalam hati.
Puisi "Kapal Nuh Itu Masih Ada" adalah karya yang puitis dan mendalam, menggambarkan perjalanan cinta dengan menggunakan metafora kapal Nuh. Melalui gambaran laut, waktu, dan tempat, puisi ini menciptakan suasana perjalanan cinta yang tak terhenti, dengan kejelasan pertanda dari getar matamu dan labuhnya cinta di hati.

Arafat Nur
Puisi: Kapal Nuh Itu Masih Ada
Karya: Arafat Nur

Biodata Arafat Nur:
  • Arafat Nur lahir pada tanggal 22 Desember 1974 di Lubuk Pakam, Sumatera Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.