Analisis Puisi:
Puisi "Ini Hujan dan Aku Memandang ke Luar" karya Isbedy Stiawan ZS mengeksplorasi tema hujan sebagai simbol kehadiran dan kehilangan, serta refleksi penyair terhadap perasaannya.
Hujan sebagai Simbolisme: Hujan sering digunakan dalam sastra sebagai simbol kehidupan, pembersihan, atau perubahan. Di sini, hujan mungkin mencerminkan suasana hati penyair atau kondisi emosionalnya. Meskipun hujan turun, tidak ada perubahan dalam perasaannya.
Pengamatan Penyair: Penyair sedang memandang keluar saat hujan turun. Pengamatannya terhadap lingkungan sekitarnya tercermin dalam deskripsi tentang lampu-lampu jalan, bohlam, dan suara-suara yang dia dengar.
Kesendirian dan Kehilangan: Kesendirian dan kehilangan menjadi tema yang kuat dalam puisi ini. Meskipun hujan turun, penyair merasa sendirian dan terpisah dari orang yang dicintainya. Tidak ada kehadiran wajah yang diinginkannya, dan hanya sisa-sisa kenangan yang tersisa.
Jejak dan Suara yang Tersisa: Penyair mencatat bahwa yang tersisa hanyalah jejak dan suara dari kehadiran orang yang dicintainya. Jejak di jalan dan suara yang tertinggal di tiang listrik mengingatkannya pada kehilangan yang dirasakannya.
Ritual Agama: Penyair menyebutkan tentang sembahyang dan harapannya bahwa Tuhan akan menurunkan cahaya di jalan-jalan setelahnya. Ini menunjukkan bahwa penyair mencari penghiburan atau pemulihan dari keadaan emosionalnya melalui kegiatan agamawi.
Kesimpulan yang Tenang: Puisi ini berakhir dengan kesan ketenangan. Penyair menerima bahwa dia harus pulang dan melanjutkan hidupnya, meskipun kesedihannya masih ada. Gambaran laron yang patah berserakan mungkin mencerminkan keadaan yang rapuh dan rapuh dari kehidupan.
Secara keseluruhan, puisi ini menangkap perasaan kesendirian, kehilangan, dan harapan dalam menghadapi keadaan yang sulit. Melalui gambaran hujan dan pengamatan lingkungan sekitarnya, pembaca dibawa ke dalam dunia emosional penyair, di mana ia berjuang dengan rasa kehilangan dan kesendirian.