Analisis Puisi:
Puisi "Blood Moon" karya I Nyoman Wirata adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan dan pengalaman dalam menghadapi fenomena bulan merah, atau yang sering disebut sebagai "Blood Moon". Dengan menggunakan gambaran bulan merah sebagai metafora, puisi ini menyampaikan perasaan kekaguman, kebingungan, dan kegelisahan atas kejadian tersebut, serta menghubungkannya dengan realitas sosial dan politik yang dihadapi oleh para pengungsi.
Keindahan dan Kekuatan Bulan Merah: Penyair menggambarkan bulan merah sebagai sesuatu yang sangat indah dan menakjubkan, yang tidak bisa dilupakan. Gambaran bulan merah ini menciptakan suasana yang penuh dengan daya tarik dan keajaiban alam.
Kekelaman dan Kesedihan: Namun, di balik keindahan bulan merah tersebut, terdapat gambaran tentang kegelapan dan kesedihan. Penyair mengaitkan bulan merah dengan perasaan kelam dan tenggelamnya hati, mengisyaratkan adanya konflik atau penderitaan yang dialami oleh para pengungsi.
Hubungan dengan Realitas Sosial dan Politik: Puisi ini juga menyampaikan pesan yang mengaitkan fenomena bulan merah dengan realitas sosial dan politik yang dihadapi oleh para pengungsi. Bulan merah dianggap sebagai simbol dari darah yang tercurah, baik dari pengungsian maupun dari penderitaan yang mereka alami.
Kenangan dan Realitas yang Tidak Sesuai: Penyair menggambarkan bagaimana bulan merah ini mencuri kenangan tentang bulan yang biasanya dipandang dengan keindahan dan kedamaian. Realitas bulan merah yang terjadi di tengah pengungsian menghadirkan suatu ketidaksesuaian yang menegangkan.
Puisi "Blood Moon" adalah sebuah refleksi atas kompleksitas alam dan manusia. Dengan menggunakan gambaran bulan merah sebagai metafora, puisi ini menggambarkan keajaiban alam dan kegelisahan manusia dalam menghadapi realitas sosial dan politik yang penuh dengan konflik dan penderitaan. Ini adalah sebuah puisi yang memadukan keindahan alam dengan kepedihan manusia, mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan antara alam dan kehidupan manusia.