Puisi: Bintang Kecil di Solaria (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Bintang Kecil di Solaria" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan gambaran yang melankolis dan merenung tentang kesendirian, kehilangan, dan ....
Bintang Kecil di Solaria

muntahan cahaya kuning di langit lengkung
senja terasa lembut, dan kautinggalkan kafe itu
sebelum seseorang datang ingin memberi tisu
di mejamu

kini meja kafe yang telah kautinggalkan
masih terasa bekas jemarimu, juga setitik airmata
yang telah menjadi bintang

"bintang kecil di langit yang tinggi, amat banyak..."seorang anak kecil 
menyanyikan lagu itu dituntun ibunya memasuki kafe
duduk di bekas kursimu, menikmati juice melon, 
cappucino, dan bintang
di bekas mejamu itu

ada yang datang ke mari tanpa membawa tawa,
namun airmata yang telah disimpannya
berhari-hari ditumpahkannya
- anak kecil itu berkhayal menjadi dewasa -

duduk seperti kau termangu, mencangkung bagai kau yang tengah melamun
menunggu kekasih tiba --tapi hingga lebih waktu, yang dinanti tak juga kunjung
hingga kau pun pergi membawa kembali sepi

sampai adzan berlalu
hatimu bertalu-talu!

- berapa waktu telah kaubuang, wahai? -

Solaria, Akhir Oktober 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Bintang Kecil di Solaria" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan gambaran yang melankolis dan merenung tentang kesendirian, kehilangan, dan harapan.

Imaji Langit Senja: Puisi dimulai dengan gambaran langit senja yang indah, diwarnai dengan "muntahan cahaya kuning" yang menciptakan suasana yang tenang dan melankolis. Ini menciptakan latar belakang yang puitis dan merangsang imajinasi pembaca.

Simbolisme Meja Kafe: Meja kafe yang ditinggalkan mencerminkan kekosongan dan kenangan yang ditinggalkan oleh seseorang yang pergi. Bekas jemari dan airmata yang tersisa menandakan keberadaan seseorang yang telah berlalu, namun meninggalkan jejak yang kuat.

Anak Kecil dan Khayalannya: Anak kecil yang menyanyikan lagu tentang "bintang kecil di langit yang tinggi" merupakan representasi dari kepolosan dan khayalan yang masih murni. Meskipun dalam suasana yang sedih, kehadiran anak kecil ini menambahkan nuansa harapan dan kepolosan.

Kehadiran dan Kehilangan: Puisi menyoroti tema kehadiran dan kehilangan. Meskipun orang yang dicintai telah pergi, kenangan dan jejaknya masih tersisa, seperti "bintang di langit" dan bekas kursi di kafe. Kehilangan tersebut meninggalkan kesedihan yang mendalam, tetapi juga memberikan ruang bagi harapan dan refleksi.

Kesendirian dan Harapan: Kesendirian dan kekecewaan dirasakan oleh "kau" yang menunggu di kafe. Namun, melalui anak kecil dan khayalannya, puisi ini menghadirkan sentuhan harapan dan kemungkinan akan datangnya kebahagiaan di masa depan.

Dengan menggunakan imaji yang kaya dan bahasa yang mendalam, Isbedy Stiawan ZS berhasil menggambarkan atmosfer yang melankolis dan merenung dalam puisi "Bintang Kecil di Solaria." Puisi ini menyoroti kerumitan emosi manusia, serta kehadiran harapan di tengah kehilangan dan kesendirian.

Puisi
Puisi: Bintang Kecil di Solaria
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Jaran Debok dengan pecut di kanan, pedang di sengkelitan, kudatangi palagan demi palagan . berjingkrak menuding langit. menemuimu. menjemputmu. pintu-pintu tertutup. k…
  • Jendela Rumah rumah kami kecil, rumah kami sederhana seperti sebuah jendela, kami bisa melihat dunia luar tapi dunia tak bisa melihat seluruh ruangan rumah kami, orang…
  • Hotel Plataran Pagi sebelum tampak matahari, pucuk-pucuk gerumbul pinus serupa setupa, kabut tipis meroncenya jadi gerigi tangga ke puncak stupa utama. centhini telah pergi, …
  • Malam bibir bibir bunga rumput merunduk menghadap cahaya rukuk bibir bibir bunga rumput mengatup Surabaya, 2002Puisi: MalamKarya: F. Aziz MannaBio…
  • Penabuh kau tampar kulit kendang seperti menampar kulit kami, kau tabuh kendang seperti menyentek hidup kami, kau buat penari itu berjingkrak seperti mendorong langkah…
  • Bismillah bismillah kalawan nyebut asmaning allah bibir bibir bunga rekah pintu pintu terbuka bismillah waktu rumah rumahku terbangun burung burung bernyanyi taman tam…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.