Puisi: Syair Terakhir (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi "Syair Terakhir" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, perasaan kehilangan, dan perjalanan spiritual.
Syair Terakhir
(: erwin zubiyan)

di tepi river torrents
rumput tumbuh di sekujur tubuh kita, win
bersama angsa-angsa hitam
bebek-bebek kelabu
dan pelikan yang rakus
tidur. tidurlah sebagai tanah
perahu popeye V telah merapat
aku mesti berangkat
kapiten akan membawaku ke kebun binatang

sebentar, win,
angin akan meletakkan ibis di bahumu yang lebar
aku menyusur sungai mencari lagumu tenggelam.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Syair Terakhir" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah karya yang memadukan elemen alam, perpisahan, dan pencarian dengan menggunakan imaji yang kuat dan simbolisme yang dalam. Melalui puisi ini, Maryanto mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, perasaan kehilangan, dan perjalanan spiritual.

Tema dan Pesan

Tema utama puisi ini adalah tentang perpisahan dan pencarian. Puisi ini menggambarkan momen perpisahan antara penyair dan seseorang bernama Win, di mana penyair harus berangkat ke suatu tempat yang tidak jelas, meninggalkan Win dan kenangan yang mereka miliki bersama. Pesan yang disampaikan adalah tentang keterikatan manusia dengan alam dan perasaan kehilangan yang mendalam ketika harus berpisah dengan sesuatu atau seseorang yang dicintai.

Gaya Bahasa dan Imaji

Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat puitis dan penuh imaji alam. Misalnya, "di tepi river torrents" dan "rumput tumbuh di sekujur tubuh kita" menggambarkan keterhubungan yang erat antara manusia dan alam. Penggunaan binatang seperti angsa hitam, bebek kelabu, dan pelikan yang rakus memberikan warna dan kehidupan pada puisi ini. Imaji "angin akan meletakkan ibis di bahumu yang lebar" menambah kedalaman emosional dan spiritual pada puisi, menggambarkan harapan dan pencarian yang belum selesai.

Struktur dan Ritme

Puisi ini terdiri dari dua bait dengan beberapa baris yang mengalir lancar. Struktur ini memberikan kesan aliran waktu yang berkelanjutan dan pergerakan, seolah-olah penyair sedang dalam perjalanan atau pencarian yang tidak pernah berhenti. Ritme puisi ini cenderung tenang dan reflektif, mencerminkan suasana hati penyair yang penuh dengan perasaan kehilangan dan harapan.

Makna dan Interpretasi

Makna puisi ini sangat kaya dan kompleks, mencerminkan pengalaman manusia dalam menghadapi perpisahan dan pencarian makna hidup. "Di tepi river torrents" menunjukkan ketidakpastian dan kekuatan alam yang tidak dapat dikendalikan. "Rumput tumbuh di sekujur tubuh kita" dapat diinterpretasikan sebagai simbol keberlanjutan dan hubungan erat dengan alam. Perahu Popeye V dan kapiten yang membawa penyair ke kebun binatang bisa dilihat sebagai simbol perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan dan tantangan.

Permintaan penyair agar Win tidur "sebagai tanah" mengisyaratkan kedamaian dan ketenangan yang ditemukan dalam hubungan dengan alam. Pencarian lagu yang tenggelam di sungai menunjukkan upaya penyair untuk menemukan kembali sesuatu yang hilang atau untuk memahami makna yang lebih dalam dari pengalaman hidup.

Puisi "Syair Terakhir" adalah sebuah puisi yang indah dan mendalam, menggambarkan perasaan kehilangan dan pencarian dengan cara yang sangat puitis dan penuh makna. Gunawan Maryanto berhasil menangkap esensi hubungan manusia dengan alam dan perasaan yang timbul saat menghadapi perpisahan dan ketidakpastian hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna hubungan, perjalanan hidup, dan pencarian spiritual yang terus berlanjut.

Dengan demikian, puisi ini memberikan pengalaman emosional dan reflektif yang mendalam, menginspirasi pembaca untuk menghargai hubungan mereka dengan alam dan mencari makna dalam setiap momen perjalanan hidup. Melalui penggunaan imaji dan simbolisme yang kuat, "Syair Terakhir" menggambarkan keindahan dan kompleksitas perasaan manusia dalam menghadapi perubahan dan kehilangan.

Gunawan Maryanto
Puisi: Syair Terakhir
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.