Puisi: Sungai Kapuas (Karya Ahda Imran)

Puisi "Sungai Kapuas" mengajak pembaca untuk merenungi kehidupan, perubahan, dan hubungan manusia dengan alam. Dengan menggunakan imaji yang kuat, ...
Sungai Kapuas
(- Markunyang)

aku telah meminum air Kapuas
dan kau telah datang ke dalam tubuhku
maka kau akan kembali padaku

Memandangmu dari sini -
dari teras kamar hotel dekat pelabuhan
sungai bergerak pelan. Langit putih, nafas
dan badanku dalam angin. Menghembus
atas air, menyentuh punggung ikan-ikan

Pada kayu dermaga aku mencium bau
tubuhmu. Ruang silam yang tak menyerupai
apa dan siapa pun. Namamu adalah sepasang
mata yang terbuat dari kelopak air

Sore menjelang. Sungai berkelok
perlahan. Di kejauhan jembatan
seperti bayang

Di depanku sebuah kapal melintas
mungkin itu kapal dulu yang membawamu
meninggalkan ibu, ladang, sungai dan hutan kecil
di belakang rumah 

Graham Hains kembali mengajariku
memotret lanskap langit sore atas dermaga -
rumah-rumah kayu seberang sungai atau perahu
terapung pada bidang cahaya kuning. Tapi
aku lebih senang mengarahkan kamera ke arah kapal
yang melintas itu. Lensa kameraku mendekat
mencari-cari sepasang matamu

Langit putih. Sepasang burung enggang
melayang di seberang sungai. Degup
jantungnya kudengar menggema
ke dalam air. Gema yang sampai
ke lubuk muara 

Memandangmu dari sini - 
dari putih langit, sore yang membawa
gelagat hujan, dan pelabuhan bersiap lenyap
ikan-ikan kembali menyelam. Dalam angin
badanku masih berayun-ayun di atas air. Mengurai
batas ruang dan alun air

Sungai ini dihuni oleh seekor ular raksasa
warnanya hitam, seperti waktu. Seperti kini
aku menemukan segala permulaan
dari sepasang matamu

Kapuas terus menghilir ke arahku
sekaligus meninggalkanku. Berkelok 
perlahan di bawah jembatan, terus
ke lubuk muara. Ke tempat suaramu
menggema
                             
aku telah meminum air Kapuas
dan kau telah datang ke dalam tubuhku
maka kau akan datang kembali padaku.

2011

Analisis Puisi:

Puisi "Sungai Kapuas" karya Ahda Imran menggambarkan pengalaman penyair yang mendalam dan penuh dengan rasa. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kuat, puisi ini membawa pembaca dalam perjalanan melalui sungai yang penuh makna.

Sungai Kapuas Sebagai Metafora: Sungai Kapuas dalam puisi ini dapat dianggap sebagai metafora kehidupan. Melalui konsep air yang mengalir dan membawa berbagai pengalaman, penyair mengeksplorasi perjalanan kehidupan dengan segala keindahan dan kerumitannya.

Penggabungan Tubuh dan Alam: "Aku telah meminum air Kapuas dan kau telah datang ke dalam tubuhku" menciptakan hubungan erat antara tubuh penyair dan alam, menekankan kebersamaan dan interaksi yang mendalam antara manusia dan lingkungan sekitarnya.

Makna Mata Air: Penggambaran mata air sebagai "sepasang mata yang terbuat dari kelopak air" menambah dimensi spiritual dan kelembutan pada puisi. Air di sini bisa diartikan sebagai sumber kebijaksanaan, kejernihan, dan juga sebagai refleksi kehidupan.

Perjalanan dan Pemisahan: Puisi ini menciptakan perasaan perjalanan dan pemisahan, baik fisik maupun emosional. Kapal yang melintas melambangkan perpisahan dan kepergian, sedangkan kesatuan antara sungai dan penyair menciptakan hubungan yang langgeng.

Gelombang Emosi: Ungkapan emosi seperti "badanku dalam angin," "rumah-rumah kayu seberang sungai," dan "sore yang membawa gelagat hujan" memberikan nuansa sentimental dan merangkai serangkaian gambaran yang menyentuh hati pembaca.

Perubahan dan Keterhubungan: Penggambaran perubahan seperti "ikan-ikan kembali menyelam" dan "badanku masih berayun-ayun di atas air" menciptakan perasaan keterhubungan dan sirkulasi kehidupan yang terus berlanjut.

Ular Raksasa Sebagai Simbol Waktu: Ular raksasa yang "warnanya hitam, seperti waktu" dapat diartikan sebagai simbol waktu yang tak terelakkan. Puisi ini menciptakan hubungan antara waktu, kehidupan, dan sungai sebagai aliran yang terus mengalir.

Rekonsiliasi dengan Alam: Puisi ini menciptakan atmosfer rekonsiliasi antara manusia dan alam. Penyair meresapi alam, mencium bau tubuhnya, dan merasakan keterhubungan yang mendalam dengan segala elemen alam.

Puisi "Sungai Kapuas" mengajak pembaca untuk merenungi kehidupan, perubahan, dan hubungan manusia dengan alam. Dengan menggunakan imaji yang kuat, puisi ini berhasil menciptakan pengalaman pembaca yang mendalam dan merenung.

Ahda Imran
Puisi: Sungai Kapuas
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.