Puisi: Sinom (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi "Sinom" karya Gunawan Maryanto mengeksplorasi tema tentang ketidakhadiran, kenangan, dan rasa hampa yang menghinggapi seseorang dalam momen ...
Sinom

Dik, ruang begitu lengang
Dik, ruang begitu sunyi
Mereka entah ke mana
Mencabar serupa mimpi
Pada sebuah pagi
Hilang lenyap bareng embun
Kembali entah kapan
Di waktu-waktu yang ganjil
Pada saat-saat paling tak terduga

Meja tamu ada bunga
Yang terbuat dari api
Dengan daun bara tajam
Mengancam hati penghuni
Yang benci pada sepi
Mengancam rasa tetamu
Yang benci pada hampa
Lalu siapa di sini
Sofa kosong dan foto di dinding saja

Ruang belakang terlantar
Tak sepenuhnya terisi
Tidak ada apa-apa
Hanya lemari pendingin
Berdenging koyak sunyi
Ini memang urusanku
Memilih sendirian
Tidak ada kamu lagi
Karena memang tak pernah benar ada

Semua tinggal di cerita
Tinggal di sebuah negri
Kita memberinya nama
Kita memberinya isi
Tapi kau telah pergi
Meninggalkan rumpun bambu
Yang pernah kautumbuhkan
Dengan cinta dengan hati
Bambu itu tetap berada di sana

Ini semua tentang apa?
Apa ini tentang nyeri
Yang berdiam dalam dada?
Bukan apa-apa tapi
Hanya sekadar mampir
Pada sajak masa lalu
Menengoknya sebentar
Kemudian pergi lagi
Menuju sajak di mana kamu ada.

Jogja, 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Sinom" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan kesepian, kehilangan, dan refleksi terhadap masa lalu. Puisi ini menggunakan bahasa yang puitis untuk mengeksplorasi tema tentang ketidakhadiran, kenangan, dan rasa hampa yang menghinggapi seseorang dalam momen-momen tertentu.

Tema dan Pesan

Tema utama puisi ini adalah tentang kesepian dan kehilangan. Penyair mengungkapkan perasaan hampa ketika seseorang yang dulu hadir dalam hidupnya sudah pergi. Puisi ini juga mencerminkan refleksi pribadi terhadap masa lalu dan kenangan yang masih menyisakan jejak, meskipun orang yang bersangkutan sudah tidak ada lagi.

Gaya Bahasa dan Imaji

Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini penuh dengan simbolisme dan metafora yang kuat. Baris seperti "Meja tamu ada bunga / Yang terbuat dari api" dan "Dengan daun bara tajam / Mengancam hati penghuni" memberikan gambaran tentang rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penyair. Imaji "bunga dari api" melambangkan keindahan yang berbahaya dan menggambarkan perasaan yang intens namun menyakitkan.

Penggunaan kata "lengang," "sunyi," dan "sepi" menggambarkan suasana yang hampa dan tidak berpenghuni, memperkuat nuansa kesepian yang mendominasi puisi ini. "Sofa kosong dan foto di dinding saja" menunjukkan bahwa meskipun ada objek fisik yang tersisa, kehadiran emosional dan makna dari keberadaan seseorang telah hilang.

Struktur dan Ritme

Puisi ini terdiri dari lima bait dengan sembilan baris per bait. Struktur ini mencerminkan alur pemikiran dan perasaan penyair yang tidak teratur, seolah-olah merenung dan mengingat kembali kenangan yang muncul secara acak. Ritme puisi ini tenang dan reflektif, mencerminkan suasana hati penyair yang melankolis dan introspektif.

Makna dan Interpretasi

Puisi ini memiliki makna yang mendalam tentang perasaan kehilangan dan kesepian yang dialami seseorang setelah ditinggalkan. "Ruang begitu lengang" dan "Mereka entah ke mana" menunjukkan bahwa ketidakhadiran orang-orang terdekat menciptakan kekosongan yang besar dalam hidup penyair.

Baris "Ini memang urusanku / Memilih sendirian" menunjukkan keputusan penyair untuk menghadapi kesepian dan kehilangan dengan sendirian, mungkin sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit tersebut.

Bagian "Semua tinggal di cerita / Tinggal di sebuah negeri" menggambarkan bagaimana kenangan tetap hidup dalam cerita dan ingatan, meskipun orang yang bersangkutan sudah tidak ada lagi. "Rumpun bambu / Yang pernah kautumbuhkan" melambangkan jejak cinta dan hubungan yang pernah ada dan tetap bertahan meskipun orangnya sudah pergi.

Puisi "Sinom" adalah puisi yang indah dan penuh makna, menggambarkan perasaan kesepian dan kehilangan dengan cara yang sangat puitis dan reflektif. Gunawan Maryanto berhasil menangkap esensi dari perasaan ini melalui penggunaan bahasa yang sugestif dan imaji yang kuat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan mereka dengan orang-orang yang telah pergi dan bagaimana kenangan tersebut tetap hidup dalam hati dan pikiran.

Dengan demikian, puisi ini memberikan pengalaman emosional yang mendalam dan menginspirasi pembaca untuk menghargai kenangan dan hubungan yang pernah ada. Melalui penggunaan imaji dan simbolisme yang kuat, "Sinom" menggambarkan keindahan dan kompleksitas perasaan manusia dalam menghadapi kehilangan dan kesepian.

Gunawan Maryanto
Puisi: Sinom
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.