Puisi: Sendhang Kapit Pancuran (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi "Sendhang Kapit Pancuran" menggambarkan hubungan manusia dengan alam, waktu, dan dewa-dewa dalam konteks spiritual Jawa.
Sendhang Kapit Pancuran

akulah sendang itu
di mana waktu bersembunyi
sedang dua pancuran itu adalah saudaraku
—kakak dan adik kandungku

mandilah anak-anakku
uma yang akan memandikanmu
durga menggosok tubuhmu
sedang wisnu yang akan mengentasmu
tunjung adus ing banyu ning
banyu mijil ing tlaga manik

Analisis Puisi:

Puisi "Sendhang Kapit Pancuran" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah karya sastra yang kaya akan simbolisme dan makna spiritual. Melalui penggunaan bahasa yang penuh dengan nuansa mistis dan kultural, puisi ini menggambarkan hubungan manusia dengan alam, waktu, dan dewa-dewa dalam konteks spiritual Jawa.

Tema dan Pesan

Tema utama puisi ini adalah tentang kesucian dan penyucian yang terkait dengan elemen alam dan spiritualitas. Sendang (kolam atau mata air) dan pancuran (air mancur) digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan proses pembersihan dan penyucian. Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan dengan entitas spiritual yang lebih tinggi.

Gaya Bahasa dan Imaji

Gaya bahasa dalam puisi ini sangat kaya dan berlapis, dengan penggunaan imaji-imaji alam dan simbol-simbol spiritual. Misalnya, "akulah sendang itu / di mana waktu bersembunyi" menggambarkan sendang sebagai tempat yang penuh dengan kedamaian dan keabadian, tempat di mana waktu seolah-olah berhenti. Imaji pancuran sebagai saudara-saudara sendang menambahkan kedalaman hubungan familial yang suci dan penuh makna.

Struktur dan Ritme

Puisi ini memiliki struktur yang terdiri dua bait yang masing-masing menggambarkan elemen-elemen yang berbeda dari proses penyucian. Struktur ini memberikan kesan ritualistik, seolah-olah pembaca diajak mengikuti sebuah upacara spiritual yang sakral. Ritme puisi ini mengalir dengan tenang dan penuh keheningan, mencerminkan suasana meditatif dari proses penyucian yang digambarkan.

Makna dan Interpretasi

Makna dari puisi ini sangat kaya dan mendalam, mencerminkan filosofi dan kepercayaan Jawa tentang kesucian, waktu, dan spiritualitas. Sendang sebagai simbol kesucian dan keabadian menunjukkan pentingnya menjaga kemurnian diri dan alam. Pancuran sebagai saudara sendang menggambarkan keterhubungan dan keseimbangan antara elemen-elemen alam dan spiritual. Kehadiran Uma, Durga, dan Wisnu sebagai entitas yang memandikan, menggosok, dan mengentas menambahkan dimensi spiritual yang mendalam, mengingatkan pembaca tentang peran dewa-dewi dalam kehidupan dan ritual Jawa.

Puisi "Sendhang Kapit Pancuran" adalah sebuah puisi yang mempesona dengan kekayaan simbolisme dan makna spiritual. Gunawan Maryanto berhasil menggambarkan hubungan yang sakral antara manusia, alam, dan entitas spiritual melalui bahasa yang indah dan penuh makna. Puisi ini tidak hanya menggambarkan proses penyucian fisik, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang penyucian spiritual dan hubungan harmonis dengan alam dan dewa-dewi.

Dengan demikian, puisi ini memberikan pengalaman yang mendalam dan reflektif, mengajak pembaca untuk menghargai dan menjaga kesucian diri serta alam, serta memahami peran penting dari entitas spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini adalah sebuah karya yang menggambarkan kekayaan budaya dan spiritualitas Jawa dengan cara yang indah dan penuh makna.

Gunawan Maryanto
Puisi: Sendhang Kapit Pancuran
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.