Puisi: Pagi Hujan dan Secawan Kopi (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Pagi Hujan dan Secawan Kopi" karya Isbedy Stiawan ZS menangkap esensi momen-momen kecil dalam kehidupan yang sering kali memiliki makna ...
Pagi Hujan dan Secawan Kopi

pagi hujan saat kukunjungi kamarmu, suatu minggu
di bulan januari tahun silam
lalu secawan kopi kauseduh dan kausaji di meja bilik yang gigil.
alat pendingin menderu-deru
menaburkan gigil. “rapatlah padaku, makin rekat.”
dingin ini bisa mengirim kematian dan secawan kopi membikinku mabuk,
aroma jalan, pegunungan, kebun-kebun
dari bunga kopi: “tanah yang pernah kausebut
kampung kopi ini
kini terlah berganti kota yang disesaki
maal, swalayan, ataupun ruko. secawan kopi membukaku jalan
menuju tubuhmu pualam:
aku pun berselancar seperti di atas lantai salju
“reguk tumpas kopi secawan lagi,
aku kusajikan bagimu.” tapi, aku mau kopi dari tubuhmu...

Lampung, 2012

Catatan:
Dulu Lampung dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Tanah Air dengan rasa kopi yang khas, sehingga daerah ini identik dengan daerah kopi, selain cengkih dan lada. Kini nyaris hilang, sejumlah mal, swalayan, dan rumah kota seakan menyulap Lampung menjadi kotametropolis dengan taraf kehidupan yang konsumtif.

Analisis Puisi:

Puisi "Pagi Hujan dan Secawan Kopi" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema-tema romantis, nostalgia, dan kehangatan dalam hubungan manusia.

Atmosfer Pagi yang Hujan: Puisi ini dibuka dengan gambaran suasana pagi yang hujan, yang menciptakan atmosfer yang tenang dan menyegarkan. Hujan membawa perasaan damai dan kesegaran yang menyertainya.

Kenangan Nostalgia: Penyair dalam puisi ini mengingat sebuah momen yang terjadi suatu minggu di bulan Januari tahun silam. Nostalgia terhadap masa lalu memberikan kedalaman emosional pada puisi ini, menciptakan rasa hangat dan intim.

Kopi Sebagai Simbol Kebangkitan: Secawan kopi menjadi simbol kebangkitan dan kehangatan dalam hubungan. Kopi yang disajikan di pagi yang dingin membawa kesegaran dan semangat, serta menjadi sarana untuk menciptakan kedekatan dan keintiman antara dua orang.

Perubahan dalam Kota: Penyair mencatat perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya, di mana kota yang dulu didominasi oleh kebun kopi dan alam sekarang telah berubah menjadi pusat perdagangan dan aktivitas manusia modern. Ini mencerminkan perubahan zaman dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari.

Keinginan untuk Kedekatan: Penyair mengekspresikan keinginannya untuk kedekatan fisik dan emosional dengan orang yang dicintainya. Secawan kopi menjadi perantara untuk mencapai kedekatan tersebut, sementara aroma kopi yang menguar menciptakan suasana romantis dan intim.

Puisi ini menangkap esensi momen-momen kecil dalam kehidupan yang sering kali memiliki makna mendalam dalam hubungan manusia. Dengan menggunakan gambaran-gambaran yang kuat dan imajinatif, Isbedy Stiawan ZS berhasil menciptakan puisi yang memukau dan memprovokasi pemikiran tentang cinta, kehangatan, dan perubahan dalam kehidupan modern.

Puisi
Puisi: Pagi Hujan dan Secawan Kopi
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.