Puisi: Hujan Sepanjang Jalan (Karya A. Munandar)

Puisi "Hujan Sepanjang Jalan" karya A. Munandar menggambarkan suasana hujan yang disandingkan dengan dialog antara tiga orang.
Hujan Sepanjang Jalan

Tiga manusia
Sedang menggergaji mimpi-mimpi
Dengan wajah basah
Bicara tentang hari-hari nanti.

Ada aku di sini
Mengapa senyum sendiri-sendiri?

Jumat, 9 Agustus 2019

Analisis Puisi:

Puisi "Hujan Sepanjang Jalan" karya A. Munandar adalah sebuah ungkapan singkat yang menggambarkan suasana hujan yang disandingkan dengan dialog antara tiga orang. Meskipun pendek, puisi ini membawa elemen reflektif dan suasana mendalam.

Gambaran Hujan sebagai Latar: Puisi ini memulai gambarannya dengan suasana hujan yang terasa di sepanjang jalan. Hujan diceritakan sebagai latar belakang yang mungkin menambah suasana misteri, kesedihan, atau refleksi dalam dialog yang terjadi.

Dialog Tiga Manusia: Meskipun pendek, puisi ini menyinggung adanya tiga orang yang sedang terlibat dalam percakapan. Mereka terlibat dalam "menggergaji mimpi-mimpi" dan bertukar pendapat tentang "hari-hari nanti." Dialog singkat ini memberikan kesan kebersamaan atau diskusi yang berlangsung dalam suasana hujan.

Pemikiran Pribadi: Kemudian, ada penyebutan "aku di sini" yang memunculkan refleksi internal. Penulis mungkin sedang merenungkan dirinya sendiri dalam konteks percakapan tiga orang itu. Tanyanya, "Mengapa senyum sendiri-sendiri?" menimbulkan pertanyaan terhadap keadaan emosional seseorang yang sedang merenung di tengah percakapan tersebut.

Puisi ini memberikan citra hujan yang menciptakan latar untuk percakapan antara tiga orang, dan juga merenungkan pertanyaan yang mungkin menjadi kunci perenungan pribadi penulisnya. Hujan dalam puisi ini mungkin mewakili lebih dari sekadar fenomena alam, tetapi juga memberikan latar belakang suasana emosional yang kuat.

A. Munandar
Puisi: Hujan Sepanjang Jalan
Karya: A. Munandar
© Sepenuhnya. All rights reserved.