Puisi: Bengkulu (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Bengkulu" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan kerumitan dan keindahan perjalanan hidup dalam merangkul kenangan masa lalu.
Bengkulu (1)


: bersama Muhammad Alfarizie
aku pulang ke hulu
menjampi nama bapak
kucari lagi bekas tapaknya
yang kutemu sisa gempa
dan rumahrumah kian gemuruh

di benteng marlborough aku tegak
mengeker pantai di sana
tampak buih, ombak membentur
pantai. adakah nama bapak di kampung itu?

siapa datukmu? “Senet!”
tak ada lagi nana itu di sini
mungkin laut sudah menyeberangkan
atau tenggelam bersama
kapal patah jangkar?

pulang aku ke hulu
ke rumah bapak dulu
: waktu anak-anak…

Bengkulu Hotel, Jumat 13 Juli 2018

Bengkulu (2)
(: ayahku, Zakirin Senet)


bahkan, sisa jejakmu
sudah terhapus ombak
yang kau toreh sepanjang pantai
tapi masih kuraba
tangan kecilmu di dinding
marlborough — di ujung meriam,
jeruji bui,
kamar soekarno, dan
di langit benteng — begitu hangat.
seperti saat kau mengelus pipiku
waktu aku mau tidur,
amat sayang.
sehingga yang kuingat
ialah senyummu,
gigimu yang acap menyilaukan
(itulah penunjuk arah aku melangkah)
menuju ini Diri.
tapi yang kuingat,
kau menyebut kampung nelayan
terlihat dari pucuk benteng itu.
perahuperahu akan melaut
ataupun merapat di pantai.
untuk satu tujuan
melayarkan umur
agar tidak cepak dikubur

lalu di usiamu yang riang,
kau tinggalkan kampung
seperti pelayar
kau buang sauh dan layar.
kepada dunia
kau ikhlaskan seluruh ragamu.
meski dalam diri kau bawa
juga kampung dan jalanjalan kecil itu.
agar suatu
saat jika pun harus dikubur,
kau ingat di mana
dulu dilahirkan

sebuah kampung tak pernah hilang
sebuah kampung selalu ikut merantau.


Bengkulu, 14 Juli 2018

Analisis Puisi:
Puisi "Bengkulu" karya Isbedy Stiawan ZS adalah karya yang merenungkan masa lalu, identitas, dan perjalanan seseorang ke kampung halaman. Puisi ini terdiri dari dua bagian yang membahas tema yang serupa.

Bengkulu (1): Bagian pertama puisi ini dimulai dengan pengenangan kenangan bersama seseorang yang disebut Muhammad Alfarizie dan perjalanan ke kampung halaman. Penyair mencari jejak-jejak bapaknya dan merenungkan efek dari bencana gempa yang mengguncang tempat tersebut. Penggunaan kata-kata seperti "rumah-rumah kian gemuruh" menciptakan gambaran tentang kerusakan dan kehancuran yang diakibatkan oleh gempa. Puisi ini menciptakan perasaan kehilangan, penasaran, dan kerinduan akan tempat kelahiran dan kenangan masa kecil.

Bengkulu (2): Bagian kedua puisi ini mengeksplorasi lebih dalam hubungan antara penyair dan sosok yang disebut sebagai "kau" dalam puisi. "Kau" tampaknya adalah figur yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan penyair dan diyakini adalah bapak. Puisi ini menggambarkan hubungan antara kau dan penyair sebagai hubungan yang hangat dan penuh kasih. Jejak-jejak yang ditinggalkan oleh kau di tempat-tempat tertentu, seperti Benteng Marlborough, menjadi simbol kenangan dan petunjuk bagi penyair.

Tema utama puisi ini adalah tentang kehilangan, kenangan, identitas, dan perjalanan menuju kampung halaman. Puisi ini menggambarkan kerinduan seseorang terhadap tempat kelahiran dan kenangan masa kecilnya. Hal ini juga mencerminkan kompleksitas hubungan antara individu dan kampung halamannya serta bagaimana perjalanan hidup seseorang bisa membawanya ke tempat-tempat yang berbeda.

Penggunaan gambaran kampung nelayan dan laut sebagai bagian dari perjalanan dan pengenalan diri menciptakan perasaan kesatuan dengan alam dan warisan budaya. Puisi ini juga mencerminkan kerinduan akan identitas dan akar yang mendalam.

Keseluruhan, puisi "Bengkulu" adalah karya yang penuh emosi dan mendalam yang merenungkan hubungan antara individu, kenangan, identitas, dan kampung halaman. Penyair menggambarkan kerumitan dan keindahan perjalanan hidup dalam merangkul kenangan masa lalu.

Puisi
Puisi: Bengkulu
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.