Puisi: Arah (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Arah" mengajak pembaca untuk merenungi tentang bagaimana perasaan dan pengalaman kita membentuk pandangan kita terhadap dunia dan diri kita ...
Arah

Aku mencintai yang tak terjangkau. Mencintai
dengan kerahasiaan yang begitu membara dan
tak lazim. Dan itu membuatku terbakar. Terbakar
dalam api. Siapa yang mampu menduga. Apa dan
bagaimana kira-kira diriku ini. Makhluk api yang
gentayangan tanpa batas. Tanpa sapa. Dan tanpa

siapa pun yang bisa diajak berbiak dan membelah.
Lihat, lihat, aku makhluk api pun masuk ke gedung.
Naik ke lantai tiga. Turun ke lantai dua. Kembali
melesat ke lantai sepuluh. Seperti si phoenix galau
purba yang hilang arah. Si phoenix galau purba yang
punah saat para pemburu menemukan tajam tombak.

Dan para guru mengajarkan teori pengawasan. Teori
yang kini melata di sekujur bumi. Seperti melatanya
si pembisik di kegelapan akar pohon larangan. Sambil
menunggu saat yang tepat untuk berbisik-bisik. Agar
si wanita pertama itu merajuk. Terus menukas tegas:
"Semakin dilihat, semakin membuat hasrat terbakar."

Gresik, 2019

Sumber: Kompas (20 April 2019)

Analisis Puisi:

Puisi "Arah" karya Mardi Luhung adalah sebuah eksplorasi mendalam mengenai cinta, identitas, dan pencarian makna melalui metafora yang kuat dan simbolis. Puisi ini menyajikan gambaran yang intens tentang cinta yang tidak terjangkau, makhluk api, dan teori pengawasan, serta bagaimana semua ini berinteraksi dalam konteks kehidupan yang penuh tantangan.

Cinta yang Tak Terjangkau

Puisi dimulai dengan pernyataan tentang mencintai "yang tak terjangkau," yang menunjukkan bahwa cinta yang dirasakan penyair adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai atau dipahami sepenuhnya. Cinta ini diungkapkan dengan "kerahasiaan yang begitu membara dan tak lazim," menandakan bahwa perasaan ini sangat intens dan berbeda dari biasanya. "Terbakar dalam api" adalah metafora untuk merasakan perasaan yang sangat mendalam dan menghancurkan, di mana penyair merasa seperti "makhluk api" yang gentayangan tanpa batas dan tanpa arah.

Metafora Phoenix

Selanjutnya, penyair menggunakan metafora "si phoenix galau purba" untuk menggambarkan dirinya sebagai makhluk yang hilang arah dan punah. Phoenix, burung mitos yang dapat bangkit dari abu, melambangkan siklus kehidupan dan kematian serta pencarian makna. Namun, dalam puisi ini, phoenix digambarkan sebagai galau dan hilang arah, yang menunjukkan ketidakpastian dan kesulitan dalam menemukan arah hidup dan makna.

Teori Pengawasan dan Pembisik

Bagian puisi yang membahas "teori pengawasan" dan "si pembisik di kegelapan akar pohon larangan" memperkenalkan tema pengawasan dan manipulasi. Teori pengawasan menggambarkan bagaimana pengawasan dan kontrol beroperasi dalam masyarakat, sedangkan pembisik melambangkan pengaruh yang tidak terlihat dan manipulatif. "Si wanita pertama" dan pernyataannya tentang hasrat yang terbakar menunjukkan bagaimana eksposur dan perhatian dapat memicu keinginan dan ketertarikan.

Puisi "Arah" karya Mardi Luhung adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema cinta, identitas, dan pencarian makna melalui penggunaan metafora yang kuat dan simbolis. Cinta yang tak terjangkau, makhluk api yang gentayangan, dan teori pengawasan semuanya saling berhubungan untuk menggambarkan kompleksitas pengalaman manusia dan tantangan dalam mencari makna dan arah hidup.

Dengan gaya penulisan yang intens dan simbolis, Mardi Luhung menciptakan puisi yang menggugah pemikiran dan perasaan tentang cinta, identitas, dan kontrol sosial. Puisi "Arah" mengajak pembaca untuk merenungi tentang bagaimana perasaan dan pengalaman kita membentuk pandangan kita terhadap dunia dan diri kita sendiri. Puisi ini adalah sebuah refleksi mendalam tentang pencarian makna dan arah dalam kehidupan yang penuh tantangan dan kompleksitas.

Mardi Luhung
Puisi: Arah
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.