Analisis Puisi:
Puisi "Anak Palembang" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah penggambaran perasaan dan identitas diri sebagai seorang non-Palembang yang mengagumi dan merindukan keunikan serta keindahan kota Palembang. Puisi ini mengungkapkan perasaan penasaran, kerinduan, dan rasa kagum terhadap kota tersebut, terutama dari sudut pandang seseorang yang tidak berasal dari sana. Selain itu, puisi ini juga menunjukkan semangat dan kebanggaan atas identitas diri sebagai warga Palembang.
Pengenalan Awal: Puisi ini dimulai dengan mencicipi "teri dari musi," merujuk pada salah satu makanan khas Palembang. Penulis merenungkan betapa ia masih belum sepenuhnya fasih mengeja bahasa ibu Palembang, seolah berbicara tentang hubungan yang belum begitu dalam dengan kota tersebut. Ketidakpahaman bahasa mencerminkan ketidaktahuan penulis tentang kota Palembang yang ia singgahi.
Pemikiran Petualang: Penulis menggambarkan dirinya sebagai petualang yang tersasar di bukit Siguntang dan "tak pernah pulang." Ini mencerminkan rasa penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang kota Palembang, meskipun belum sepenuhnya merasa memiliki tempat itu. Ia merasa bukan anak Palembang dan terkadang merasa seperti "gelandangan" yang mencari identitasnya di kota tersebut.
Rindu Akan Keindahan: Pada bagian kedua, penulis menggambarkan rindunya akan keindahan kota Palembang. Ia merindukan "anak Palembang" yang bermalas-malas di bibir jembatan dan menunggu kisah anak maritim yang membangun bandar dan dermaga di pinggir Sungai Musi. Hal ini menunjukkan rasa kagum penulis terhadap sejarah dan budaya kota Palembang.
Pantang Menyerah: Penulis kemudian menyatakan diri sebagai "anak Palembang" yang pantang ditentang dan hanya menginginkan kemenangan. Ia mengibaratkan dirinya seperti Ampera, jembatan ikonik di Palembang, yang kuat dan tidak mudah dihancurkan. Hal ini menunjukkan semangat dan kebanggaan atas identitas diri sebagai warga Palembang.
Puisi "Anak Palembang" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah ungkapan perasaan penasaran, kerinduan, dan kagum penulis terhadap kota Palembang. Meskipun penulis merasa bukan anak Palembang, ia merenungkan tentang kisah dan keindahan kota tersebut, serta menemukan semangat dan kebanggaan atas identitas diri sebagai warga Palembang dalam pemikiran petualangnya.