Puisi: Yang Tertinggal di Kaki Gunung (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi "Yang Tertinggal di Kaki Gunung" karya Gunawan Maryanto menggambarkan keadaan manusia yang terjebak dalam bayang-bayang kenangan dan ingatan.
Yang Tertinggal di Kaki Gunung

orang-orang mengerumuni bayang-bayang
bayang-bayang mengerumuni dalang
1700 meter di atas laut. tak ada wayang
mereka hilang di dalam hutan
mereka hilang dari ingatan
tinggal bayang-bayang berkerumun
tinggal orang-orang berkerumun
mengusir dingin dalam tempurung lutut.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Yang Tertinggal di Kaki Gunung" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah karya yang menggambarkan keadaan manusia yang terjebak dalam bayang-bayang kenangan dan ingatan. Dengan menggunakan simbolisme dan suasana yang dingin serta misterius, puisi ini mengangkat tema kehilangan dan keterasingan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah keterasingan, kehilangan, dan usaha manusia untuk mencari kehangatan dan makna di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan kesepian. Puisi ini menggambarkan orang-orang yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalu dan ingatan, serta bagaimana mereka berusaha bertahan dalam kondisi tersebut.

Gaya Bahasa

Gunawan Maryanto menggunakan berbagai perangkat sastra untuk memperkuat pesan dalam puisinya:

Simbolisme dan Metafora:
  • "Bayang-bayang" dalam puisi ini melambangkan kenangan, ingatan, atau masa lalu yang terus menghantui dan mengelilingi orang-orang. Bayang-bayang ini adalah entitas yang abstrak namun memiliki dampak nyata pada keadaan emosional manusia.
  • "Dalang" melambangkan pengontrol atau pencipta cerita, namun dalam konteks puisi ini, dalang tidak ada, menunjukkan hilangnya kendali atau arah dalam kehidupan orang-orang tersebut.
  • "1700 meter di atas laut" menciptakan gambaran ketinggian dan isolasi, memperkuat tema keterasingan dan kesulitan yang dihadapi.
Repetisi:
  • Frasa "mereka hilang" diulang untuk menekankan kehilangan yang dialami oleh orang-orang, baik secara fisik di dalam hutan maupun secara emosional dari ingatan.
  • Pengulangan frasa "tinggal bayang-bayang berkerumun" dan "tinggal orang-orang berkerumun" menunjukkan bagaimana yang tersisa hanyalah bayangan dan orang-orang yang terjebak dalam kondisi tersebut, tanpa ada kepastian atau harapan.
Diksi Emotif:
  • Kata-kata seperti "dingin," "tempurung lutut," dan "mengusir dingin" memberikan kesan kesulitan dan perjuangan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang keras dan tidak bersahabat.
  • Penggunaan diksi ini menambah intensitas emosional dan suasana kesunyian serta keterasingan dalam puisi.

Makna

Puisi ini mengandung makna yang dalam tentang keadaan manusia yang terjebak dalam masa lalu dan ingatan:
  1. Kehilangan dan Keterasingan: Puisi ini menggambarkan orang-orang yang hilang secara fisik di dalam hutan dan secara emosional dari ingatan, menunjukkan keadaan keterasingan dan kehilangan arah dalam hidup mereka. Bayang-bayang yang mengerumuni menunjukkan bagaimana masa lalu terus menghantui dan mengendalikan mereka.
  2. Usaha untuk Bertahan: Orang-orang berkerumun mengusir dingin dalam tempurung lutut menunjukkan usaha mereka untuk mencari kehangatan dan kenyamanan dalam kondisi yang dingin dan sulit. Ini melambangkan perjuangan manusia untuk bertahan hidup meskipun dalam keadaan yang penuh dengan kesulitan dan ketidakpastian.
  3. Kehampaan dan Ketidakberdayaan: Hilangnya wayang dan dalang menunjukkan hilangnya kendali dan arah dalam kehidupan. Orang-orang hanya tinggal berkerumun dengan bayang-bayang, tanpa ada cerita atau tujuan yang jelas, mencerminkan perasaan hampa dan tidak berdaya.
Puisi "Yang Tertinggal di Kaki Gunung" karya Gunawan Maryanto adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam tentang kehilangan dan keterasingan. Melalui penggunaan metafora, repetisi, dan diksi emotif, puisi ini menggambarkan keadaan orang-orang yang terjebak dalam bayang-bayang kenangan dan ingatan, serta usaha mereka untuk bertahan dalam kondisi yang keras dan dingin. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehilangan, keterasingan, dan perjuangan manusia untuk menemukan kehangatan dan arah dalam hidup mereka.

Gunawan Maryanto
Puisi: Yang Tertinggal di Kaki Gunung
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.