Puisi: Sinden (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi "Sinden" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah penggambaran dalam bentuk kata-kata tentang suara yang menghadirkan berbagai makna dan kenangan.
Sinden

suaramu menggambar rumah
yang ingin sekali kutinggali
(seratus meter persegi
dengan taman kecil tersembunyi
di bawah sebuah jendela)

suaramu — yang terkumpul
dari sejumlah museum sepi
yang kerap kau singgahi – 
tiba-tiba hadir serupa kartu pos
dari kawan lama

aku seperti pernah mendengar suaramu, dulu
saat demam kebanyakan bermain hujan
aku seperti pernah mendengar suaramu, dulu
di sebuah pertunjukan wayang

kini sepanjang malam suaramu duduk simpuh
di antara tukang gender dan tukang kendang
matanya menatap tajam punggungku
seperti membaca cerita yang akan kutulis
hingga kita jatuh tertidur pada sebuah subuh.

Jogja, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Sinden" karya Gunawan Maryanto adalah sebuah penggambaran dalam bentuk kata-kata tentang suara yang menghadirkan berbagai makna dan kenangan. Melalui gambaran yang halus dan reflektif, puisi ini mengeksplorasi konsep suara sebagai pembentuk memori dan hubungan dengan tempat, waktu, dan pengalaman.

Suara sebagai Penggambar Rumah: Puisi ini dimulai dengan metafora bahwa suara seorang sinden "menggambar rumah" yang ingin dihuni oleh penyair. Suara ini menciptakan citra rumah dengan detail yang cermat, mencakup gambaran tentang taman kecil dan jendela. Hal ini menunjukkan kekuatan suara dalam membentuk suasana dan imaji dalam pikiran penyair.

Menghadirkan Kenangan dan Hubungan: Suara sinden menghadirkan kenangan-kenangan dari masa lalu. Penyair merasa familiar dengan suara tersebut, mengingatkan pada saat-saat demam bermain hujan atau pertunjukan wayang. Suara ini menjembatani jarak waktu dan memberikan perasaan nostalgia yang mendalam.

Keberadaan di Malam Hari: Pada bagian selanjutnya, suara sinden hadir dalam suasana malam. Suara tersebut digambarkan duduk di antara tukang gender dan tukang kendang, yang mungkin berhubungan dengan pertunjukan gamelan atau tradisi seni Jawa. Matanya yang tajam menciptakan rasa penasaran dan antusiasme, seperti membaca cerita yang akan ditulis oleh penyair. Ini menciptakan gambaran tentang hubungan yang intim antara penyair dan suara sinden.

Tidur pada Subuh: Puisi ini berakhir dengan gambaran tentang penyair dan suara sinden yang jatuh tertidur bersama saat subuh tiba. Ini menciptakan perasaan kedamaian dan koneksi yang dalam antara penyair dan suara tersebut. Subuh digambarkan sebagai momen yang penuh harapan dan keberlanjutan.

Puisi "Sinden" karya Gunawan Maryanto adalah refleksi tentang kekuatan suara dalam membentuk memori, menghadirkan kenangan, dan menciptakan hubungan emosional. Melalui gambaran yang halus dan puitis, puisi ini menggambarkan hubungan antara penyair dan suara sinden sebagai sesuatu yang penuh makna dan mendalam.

Gunawan Maryanto
Puisi: Sinden
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.