Puisi: Senggigi, di Hari Tak Bersejarah (Karya Sindu Putra)

Puisi "Senggigi, di Hari Tak Bersejarah" karya Sindu Putra merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, keindahan alam yang luar biasa, dan ...
Senggigi, di Hari Tak Bersejarah

menjelang petang
seorang berbaju hitam
membuang bayang-bayang

lelaki bermata gelap itu
mengambil ombak
menombakkannya ke arah angin

terkunci mulutku
tertusuk mata ikan
udang dan kura-kura
terkatup getah cemara
pohon yang tumbuh di laut

mengukur bumi dan sorga
pulau bidak milikmu:

sabana
tanah berpasir
hutan gelap
hutan cemara
danau
kawah
di seberang kali
jumat jam sembilan
paceklik
semanis obat
terbuat dari beras dan susu

dua langkah naga purba
lapar haus. tidur
menamai benda-benda mati
hingga hidup
hidup dari madu hutan. madu pahit
dan makan belalang

menyapamu. perempuan hijau perempuan biru
dengan cinta dan rasa hormat.


Analisis Puisi:
Puisi "Senggigi, di Hari Tak Bersejarah" karya Sindu Putra merupakan sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan introspeksi emosional.

Setting dan Gambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke pemandangan petang di Senggigi, sebuah lokasi yang secara geografis tidak spesifik tetapi memberikan kesan keindahan alam. Puisi ini diwarnai dengan gambaran pantai, ombak, dan suasana petang yang tenang, menciptakan suasana yang memikat dan merenungkan.

Imaji dan Metafora: Penyair menggunakan imaji dan metafora yang kuat untuk mengekspresikan keadaan alam dan perasaan pribadi. Misalnya, "mengambil ombak / menombakkannya ke arah angin" menggambarkan perasaan kuasa dan pengaruh manusia terhadap alam, sementara "tertusuk mata ikan / udang dan kura-kura" menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan laut.

Kehadiran Manusia dalam Alam: Puisi ini menyoroti hubungan antara manusia dan alam, dengan gambaran tentang seorang lelaki yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Penggunaan kata-kata seperti "membuang bayang-bayang" dan "mengukur bumi dan sorga" mengisyaratkan tentang eksplorasi manusia terhadap alam dan pencarian makna dalam keberadaannya.

Refleksi Emosional: Ada sentuhan emosional dalam puisi ini, terutama dalam bagian yang merujuk pada "perempuan hijau perempuan biru / dengan cinta dan rasa hormat." Ini menunjukkan kerinduan akan kehadiran manusia yang lembut dan penuh kasih di tengah kerasnya alam.

Permainan Bahasa dan Suara: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan pemilihan kata yang indah, menciptakan sebuah aliran yang memikat dan menarik pembaca untuk merenungkan maknanya. Penggunaan aliterasi dan imaji yang kuat menambah kedalaman puisi ini.

Secara keseluruhan, puisi "Senggigi, di Hari Tak Bersejarah" adalah sebuah puisi yang memukau dan merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, keindahan alam yang luar biasa, dan kompleksitas emosi manusia. Ini adalah sebuah refleksi yang indah tentang keberadaan dan koneksi manusia dengan alam semesta.

Puisi
Puisi: Senggigi, di Hari Tak Bersejarah
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.