Analisis Puisi:
Puisi "Senggigi, di Hari Tak Bersejarah" karya Sindu Putra merupakan sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan introspeksi emosional.
Setting dan Gambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke pemandangan petang di Senggigi, sebuah lokasi yang secara geografis tidak spesifik tetapi memberikan kesan keindahan alam. Puisi ini diwarnai dengan gambaran pantai, ombak, dan suasana petang yang tenang, menciptakan suasana yang memikat dan merenungkan.
Imaji dan Metafora: Penyair menggunakan imaji dan metafora yang kuat untuk mengekspresikan keadaan alam dan perasaan pribadi. Misalnya, "mengambil ombak / menombakkannya ke arah angin" menggambarkan perasaan kuasa dan pengaruh manusia terhadap alam, sementara "tertusuk mata ikan / udang dan kura-kura" menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan laut.
Kehadiran Manusia dalam Alam: Puisi ini menyoroti hubungan antara manusia dan alam, dengan gambaran tentang seorang lelaki yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Penggunaan kata-kata seperti "membuang bayang-bayang" dan "mengukur bumi dan sorga" mengisyaratkan tentang eksplorasi manusia terhadap alam dan pencarian makna dalam keberadaannya.
Refleksi Emosional: Ada sentuhan emosional dalam puisi ini, terutama dalam bagian yang merujuk pada "perempuan hijau perempuan biru / dengan cinta dan rasa hormat." Ini menunjukkan kerinduan akan kehadiran manusia yang lembut dan penuh kasih di tengah kerasnya alam.
Permainan Bahasa dan Suara: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan pemilihan kata yang indah, menciptakan sebuah aliran yang memikat dan menarik pembaca untuk merenungkan maknanya. Penggunaan aliterasi dan imaji yang kuat menambah kedalaman puisi ini.
Secara keseluruhan, puisi "Senggigi, di Hari Tak Bersejarah" adalah sebuah puisi yang memukau dan merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, keindahan alam yang luar biasa, dan kompleksitas emosi manusia. Ini adalah sebuah refleksi yang indah tentang keberadaan dan koneksi manusia dengan alam semesta.