Puisi: Sangkuriang (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Sangkuriang" karya Mardi Luhung menggambarkan perasaan cinta dan ketidakpercayaan seorang individu terhadap figur ibunya, yang ...
Sangkuriang

Karena aku tak percaya dia adalah ibuku, maka aku tetap jatuh cinta padanya. Lalu ingin memburunya. Memikatnya. Dan mengajaknya ke pantai. Melihat rembulan. Yang jika malam tiba selalu turun dan mencuci kulitnya di lengkung ombak. Dan gunung yang ada di belakang sana seperti menggeliat. Kata kabar, gunung itu dulunya adalah kucing yang dikutuk. Kucing dengan bulu yang meremang. Kucing yang pernah menjadi milik siapa saja, yang percaya, jika isi hatinya dapat dibuka-ditutup. Atau sesekali diiris kecil. Dalam bentuk terukur atau sembarangan. Seperti potongan dendeng kering. Dengan aroma anyir yang wangi. Aroma yang selalu meruap saat pulau yang tenggelam itu menghilang. Dan yang mati menjelma sinar. Sedang yang selamat, melambaikan harapannya dari atas bahtera. Di sebelah si orang suci yang bergumam: “Mengapa ada cinta terlarang yang begitu berani. Dan mengapa pula justru dari keturunan kalian yang merasainya? Ya, mengapa?”

“Tapi, ahai, apa jatuh cintaku ini salah?” Akh, karena aku tetap tak percaya dia adalah ibuku, maka aku tetap saja jatuh cinta padanya. Dan tetap ingin memburunya. Meski tak pernah sampai. Meski dari matanya, air mata terus berjatuhan. Air mata yang memercik ke setiap batu. Sampai batu itu berlubang. Lubang yang mengingatkan aku pada perut para serdadu yang kalah. Yang pulang dari medan perang dengan anggota tubuh yang berkurang. Anggota tubuh yang nanti akan berderak. Seperti deraknya batang-batang bambu yang runcing. Yang tepat di ujungnya, ada gandulan yang bertuliskan namaku. Dan ada pula, kiasan-kiasan yang memedihkan. Yang akan membuat aku menjelma seperti kucing itu. Untuk kemudian, segera dikutuk juga, jadi gunung yang lain di pulau yang lain. Pulau yang selalu berjalan di dalam tidur-tidurmu yang tak jenak. Dengarkan: mengapa si orang suci itu terus saja tak bosan bergumam?

Gresik, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Sangkuriang" karya Mardi Luhung adalah sebuah karya sastra yang memadukan elemen-elemen mitos, legenda, dan realitas kontemporer untuk menciptakan sebuah narasi yang penuh misteri dan pertanyaan. Puisi ini menggambarkan perasaan cinta dan ketidakpercayaan seorang individu terhadap figur ibunya, yang dihubungkan dengan kisah Sangkuriang dalam mitologi Jawa.

Mitologi Jawa: Kisah Sangkuriang: Puisi ini merujuk pada kisah Sangkuriang, seorang tokoh dalam mitologi Jawa yang mencoba memburu ibunya, Dayang Sumbi, yang dikutuk menjadi seorang wanita tua. Sangkuriang tidak menyadari bahwa ia mencari ibunya sendiri, dan pada akhirnya, gunung Tangkuban Perahu dibentuk oleh tangan Sangkuriang.

Pencarian Identitas dan Cinta Terlarang: Dalam puisi ini, narator (atau Sangkuriang modern) mengungkapkan perasaan cinta dan ketidakpercayaannya terhadap ibunya. Meskipun dia tidak percaya bahwa ibunya adalah ibu kandungnya, perasaan cintanya terhadapnya tetap kuat. Dia merasa tertarik dan ingin "memburunya," mirip dengan bagaimana Sangkuriang mencoba memburu Dayang Sumbi dalam mitos. Tema cinta terlarang dan konflik identitas merupakan elemen sentral dalam puisi ini.

Penggunaan Imaji dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan imaji-imaji kuat dan simbol-simbol yang mendalam untuk menggambarkan konflik batin narator. Misalnya, gunung yang dulunya adalah kucing yang dikutuk, air mata yang memercik ke batu-batu dan membuatnya berlubang, serta perbandingan dengan serdadu yang kembali dari medan perang dengan anggota tubuh yang berkurang. Semua ini menciptakan atmosfer yang gelap dan misterius.

Pertanyaan Filosofis: Puisi ini menciptakan pertanyaan filosofis melalui pertanyaan yang diajukan oleh "si orang suci" dalam puisi. Pertanyaan-pertanyaan ini menggugah pembaca untuk merenung tentang arti cinta terlarang, ketidakpercayaan, dan kebingungan dalam hidup.

Bahasa dan Narasi: Penulis menggunakan bahasa yang khas dan narasi yang kuat dalam puisi ini, menciptakan suasana yang intens dan misterius. Gaya bahasa yang digunakan menguatkan pesan-pesan emosional dalam puisi.

Puisi "Sangkuriang" menggabungkan mitologi Jawa, realitas kontemporer, konflik identitas, dan pertanyaan filosofis untuk menciptakan narasi yang penuh dengan lapisan makna. Puisi ini menggambarkan perasaan cinta, ketidakpercayaan, dan kebingungan dalam sebuah dunia yang penuh dengan misteri dan pertanyaan yang sulit dijawab.

Puisi: Sangkuriang
Puisi: Sangkuriang
Karya: Mardi Luhung
© Sepenuhnya. All rights reserved.