Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Main Catur" karya Sindu Putra adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang permainan catur sebagai metafora untuk kehidupan dan kekuasaan. Dengan bahasa yang kuat dan imajinatif, Putra menggambarkan ambisi, kekuasaan, dan pertarungan dalam sebuah kerajaan abadi.
Ambisi dan Keinginan akan Kekuasaan: Puisi ini dimulai dengan ungkapan keinginan untuk menjadi raja, bertakhta di tempat gelap, namun dengan kesadaran akan warna kulitnya yang hitam. Ini mengisyaratkan konflik internal dalam mencapai kekuasaan, di mana keinginan menjadi raja bertentangan dengan realitas sosial dan identitas diri.
Permainan Kekuasaan: Permainan catur di dalam puisi menjadi metafora untuk permainan kekuasaan dalam kehidupan. Raja hitam yang digambarkan sebagai penjaga kegelapan berhadapan dengan istana yang putih, menunjukkan dualitas antara kekuatan dan kelemahan, kegelapan dan terang, yang sering kali terjadi dalam pertarungan kekuasaan.
Pengorbanan dan Kehilangan: Dalam upaya mencapai kekuasaan, sang raja hitam mengorbankan para penjaga setia dan bidak-bidaknya. Ini mencerminkan kenyataan kejam dari permainan kekuasaan, di mana pengorbanan dan kehilangan menjadi bagian dari strategi untuk mencapai tujuan tertinggi.
Kesimpulan yang Menggantung: Puisi ini menghadirkan kesimpulan yang menggantung, di mana sang raja hanya ingin menjadi yang terakhir, baik sebagai yang membunuh atau yang dibunuh. Ini mencerminkan keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri, bahkan jika itu berarti menghadapi akhir yang tak terelakkan.
Puisi "Sajak Main Catur" karya Sindu Putra adalah sebuah refleksi tentang ambisi, kekuasaan, dan pertarungan dalam kehidupan. Dengan menggunakan metafora permainan catur, Putra menggambarkan dinamika kekuasaan dan konflik internal dalam mencapai keinginan akan kekuasaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kekuasaan, pengorbanan, dan konsekuensi dari ambisi yang tak terbatas dalam kehidupan manusia.