Rumah Siput
(: Yudhi, Sanie, Wijang, dan Indah)
Aku mengangankan sebuah prosa. Yang ceritanya begini: Setelah mati, mungkin aku menjadi kuda. Dan mungkin kau menjadi si peziarah. Kuda dan si peziarah berjalan ke barat. Ke arah matahari yang mengingsut. Ke arah dunia yang berdikit-dikit mengeriput
Sebagai si peziarah, kau tak pernah menunggangiku. Dan sebagai kuda, sesekali aku di depanmu. Dan sesekali yang lain, malah ada di belakangmu. Dan kita pun terus berjalan ke barat.
Seperti sepasang pembisu yang tak pernah menatap. Hanya bisa merunduk. Menyerahkan yang di depan pada tangan Yang Kuasa. Tangan yang telah mengubah pohon tua jadi kembali muda.
Dan kembali pula berbunga dan berbuah. Pohon tempat segala burung hinggap. Dan segala mamalia berteduh. Melingkar penuh tunduk. Seperti ketundukan rumah siput di telinga.
Rumah siput yang mendengar. Dan selalu hanya mendengar.
Gresik, 2018
Puisi: Rumah Siput
Karya: Mardi Luhung