Puisi: Perempuan Nila (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Perempuan Nila" adalah sebuah puisi yang menggugah dan mendalam, menggambarkan
Perempuan Nila

"Aku selalu memburu. Aku tak bisa diburu!" Ya, orang anonim mengelak. Dipikir pulau hanya kebun taruhan. Kartu dikocok. Dan puisi selalu datang setiap Sabtu. Setelah, di Jum’at mengirim pesan: "Tolong antarkan aku ke rumah ibadah. Berdoa. Dan mencari jalan yang belum pernah disebut. Jalan si sipit atau yang bening,"

Dan di Minggu, orang anonim bergegas. Melintas bukit. Di belakangnya, sebatang laut yang keruh diseret. Laut tempat orang anonim menyelam. Sedang, di atas laut, hiu murka berlompatan. Sesekali memangsa burung yang terbang. Bulu-bulu burung pun berlepasan. Ada darah yang yang menetes. Pause. Siapa yang hendak menuding?

Orang anonim pun sendawa. Senin, Selasa, Rabu dan Kamis telah diikatnya. Diikat di pelana keledai. Mau kemana kiranya? Orang anonim pun lalu menggambar. Menggambar ayam, macan, pasar, uang dan perempuan nila. Perempuan dengan rambut dikuncir gimbal. Yang tepat di malam-malam ganjil, mengantarkan paku panjang pada orang anonim. Paku panjang dengan ujung berasap.

Desah perempuan itu: "Sayang, apa kau tak rindu untuk menancapkan kembali paku ini ke ubun-ubunmu?" Dan, orang anonim pun kembali sendawa. Di matanya, mata yang penuh zik-zak dan menelikung, sekian kenang-kenangan memluntir. Dan sekian keberuntungan yang pernah didatangi, sekaligus ditinggalkan dengan peluru yang dimuntahkan, juga turut memluntir. "Perempuan nila pun penasaran menggenggam paku!"

Gresik, 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Nila" karya Mardi Luhung adalah puisi yang sarat dengan simbolisme, narasi yang berlapis, dan tokoh anonim yang enigmatic. Puisi ini mengisahkan tentang pencarian, perburuan, dan perjalanan spiritual yang dipenuhi dengan berbagai simbol dan metafora yang menggugah. Melalui puisi ini, Mardi Luhung mengeksplorasi tema-tema tentang eksistensi, kerinduan, dan makna kehidupan.

Isi dan Simbolisme

  • Anonimitas dan Pencarian Spiritual: Tokoh utama dalam puisi ini adalah seorang orang anonim yang selalu dalam keadaan memburu dan tidak bisa diburu. Anonimitas tokoh ini mencerminkan pencarian jati diri yang universal. Perjalanan spiritual yang digambarkan melalui permintaan untuk diantarkan ke rumah ibadah dan mencari jalan yang belum pernah disebut mengindikasikan pencarian makna hidup yang mendalam.
  • Simbol Pulau dan Laut: Pulau yang dipikir sebagai kebun taruhan dan laut yang keruh menjadi simbol ketidakpastian dan tantangan dalam hidup. Laut tempat orang anonim menyelam dan hiu yang murka mencerminkan risiko dan bahaya yang dihadapi dalam perjalanan mencari makna. Laut yang keruh juga bisa diartikan sebagai kondisi batin yang tidak jernih, penuh dengan konflik dan kekacauan.
  • Hari-Hari dan Keledai: Hari-hari yang diikat di pelana keledai (Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis) menandakan rutinitas dan beban kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh orang anonim. Keledai sebagai simbol kerja keras dan ketabahan menunjukkan bahwa tokoh ini harus membawa beban hidupnya sambil terus bergerak maju.
  • Gambar dan Perempuan Nila: Orang anonim menggambar ayam, macan, pasar, uang, dan perempuan nila. Gambar-gambar ini bisa diartikan sebagai representasi dari berbagai aspek kehidupan—dari kebutuhan dasar hingga ambisi dan kerinduan. Perempuan Nila dengan rambut dikuncir gimbal yang mengantarkan paku panjang pada malam-malam ganjil adalah simbol yang kaya akan makna. Paku panjang dengan ujung berasap bisa diartikan sebagai alat untuk menyelesaikan atau menutup luka batin, atau bahkan sebagai simbol penderitaan dan pengorbanan.
  • Desah dan Paku: Desah perempuan yang bertanya apakah orang anonim rindu untuk menancapkan kembali paku ke ubun-ubunnya menunjukkan adanya kerinduan akan penyelesaian atau pemenuhan spiritual. Paku sebagai simbol bisa merujuk pada penderitaan Kristus, menunjukkan bahwa melalui penderitaan, seseorang bisa menemukan pencerahan atau keselamatan.

Gaya Bahasa dan Teknik Narasi

  • Bahasa yang Kaya dan Metaforis: Mardi Luhung menggunakan bahasa yang kaya dan metaforis untuk menggambarkan keadaan batin dan perjalanan spiritual tokoh anonim. "Jalan si sipit atau yang bening" menunjukkan dualitas dan pilihan dalam hidup. Bahasa yang digunakan menciptakan visualisasi kuat yang memperkaya pemahaman pembaca terhadap tema-tema yang diangkat.
  • Narasi Berlapis: Puisi ini memiliki narasi yang berlapis, di mana setiap lapisan mengungkapkan makna baru. Mulai dari pencarian spiritual, tantangan hidup, hingga pencarian makna dan tujuan, setiap lapisan menambah kedalaman pada puisi ini.
  • Penggunaan Simbol dan Metafora: Simbol dan metafora yang digunakan dalam puisi ini sangat kuat dan mendalam. Dari pulau dan laut, hingga hari-hari yang diikat dan perempuan nila, setiap simbol memiliki makna tersendiri yang memperkaya interpretasi puisi.
Puisi "Perempuan Nila" adalah sebuah puisi yang menggugah dan mendalam, menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup melalui simbolisme dan metafora yang kaya. Mardi Luhung berhasil menciptakan narasi yang berlapis dan penuh makna, mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi dan tujuan hidup mereka sendiri. Puisi ini tidak hanya menawarkan keindahan bahasa, tetapi juga kedalaman makna yang mengundang pembaca untuk terus mengeksplorasi dan memahami lebih dalam. Sebuah karya yang layak untuk direnungkan dan diapresiasi.

Mardi Luhung
Puisi: Perempuan Nila
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.