Puisi: Penangsang (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi: Penangsang Karya: Gunawan Maryanto
Penangsang

siapa yang menanam kematian di dasar kali
hingga haram bagiku untuk melintasinya
dan kuhabiskan seluruh hariku menahan nafsu
untuk mencintaimu
sementara di seberang sana menunggu
janji dari moyangku
guru, bagaimana mesti kulanjutkan kerinduanku
darah bapakku masih mengalir deras
menabrak batu-batu memanggil-manggil namaku

jebeng, selama kamu masih mendengar sungai itu
dengarkan aku:
jangan pergi ke sana. jangan sekali-kali menjawab panggilan itu
ambil air wudhu sucikan tubuhmu
hantu ayahmu sedang bangkit dari kuburnya

aku juga melihat bunga-bunga, eyang
tumbuh di sepanjang tepian kali bengawan
merah darah kelopak-kelopaknya
bergoyang ditiup angin rembang petang

tutup jendelamu, jebeng, jangan meleng
berkali-kali kukatakan itu hanya tipuan
tak ada apa-apa di luar sana selain kematian
seorang anak jauh lebih besar dari pada bapaknya
ia akan menentukan sendiri jalan kematiannya
berbeda dan lebih berharga
ketimbang mati ditusuk dari belakang

sembilan santri barusan kuhukum mati
mereka bersijingkat dari barat
perang sudah dimulai diam-diam
dari arah matahari tenggelam
gagak rimang meringkik keras mencemaskan tuannya
setan kober berkali-kali membenturkan dirinya sendiri
apalagi yang mesti kutunggu, eyang sunan
mereka berani melintas batas

batas sudah tergaris dengan jelas, penangsang
seperti kali bengawan sore 
melintang antara jipang dan pajang
dan jika kau sanggup membacanya
sebuah kalimat telah kutuliskan
di sepanjang permukaannya
dan kau tak perlu bertanya apa-apa
jawaban telah kuberikan 
bahkan sebelum sempat kau tanyakan

selama ini eyang hanya memberi teka-teki
eyang sembunyi di balik keheningan seorang resi
aku jadi bertanya di mana sebenarnya eyang berada
di timur atau di barat, di sini atau di sana
jika di sini kenapa setan kober dibiarkan sendiri
jika di sana berikan saja kiai betok pada mereka

jebeng, bicaramu sudah tanpa tameng
tanpa tedheng aling-aling lagi
baiklah kubuka saja dari pada percuma
aku ada di belakangmu
sebagaimana aku ada di belakang bapakmu
sebagaimana matahari
yang memanjangkan tubuhmu di tanah jipang
aku sudah ada di sana
bahkan sebelum bapakmu mati teraniaya
terbunuh di sebuah senja di tepi kali bengawan sore

eyang, aku tahu kau tak pernah berada di mana-mana
kau tak lebih dari bayang-bayang
membiarkan semua berjalan tanpa tujuan
sebagai wali kau seperti tak punya tangan
padahal sembilan pasang tangan kalian
menyusun seluruh cerita ini
dan sekarang kau biarkan aku sendiri
setelah demak, mainan kalian, rusak berantakan
dan mainan, eyang, tak pernah merusak dirinya sendiri
ia justru mencoba memperbaiki seluruh kesalahan
yang tak pernah diciptakannya
dan berhadapan dengan pajang adalah caraku melakukannya
aku tak menginginkan tahta
aku hanya ingin permainan ini terus berlanjut.

Jogjakarta, 2009

Gunawan Maryanto
Puisi: Penangsang
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.