Puisi: Merdeka Walk, Medan (Karya Ahda Imran)
Puisi: Merdeka Walk, Medan
Karya: Ahda Imran
Merdeka Walk, Medan
Gedung-gedung tua berwarna jam 5 sore
lapang terbuka, dua gelas bir, kebab Turki
misai dan rambut Idris yang putih. Idris bercerita
tentang Amir, revolusi, kematian, dan bendera
Langkat yang masih dikibarkan
Langit kuning. Matahari
berdiri di pinggir sungai Deli. Bayang
pohon di persimpangan. Angin dihembuskan
dari tenggara. Bau tubuh koeli, suara sepatu
Nienhuys memindahkan Deli Maastschappij -
menjauhi kota sultan
Seperti Priangan, kota ini terbuat dari jejak
sepatu tuan-tuan perkebunan. Bunga tembakau,
ukiran pucuk rebung dan langit-langit
Istana Maimoon yang berdebu
Juga revolusi, kata Idris
Dan revolusi tak pernah
memerlukan apapun selain kebencian -
juga ketika ia menjadi silam. Tapi Idris masih
bercerita tentang Amir dan kematian para bangsawan
rambut dan misainya semakin putih, seperti benang
kain kafan
Gedung-gedung tua berwarna jam 5 sore
lapang terbuka dan kota yang berayun-ayun
lengang di tubuhku.
2011
Puisi: Merdeka Walk, Medan
Karya: Ahda Imran
Biodata Ahda Imran:
- Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.