Puisi: Menara Kaktus (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Menara Kaktus" karya Mardi Luhung mengundang pembaca untuk merenung tentang bagaimana mereka menghadapi perubahan dan perjuangan dalam ...
Menara Kaktus
(: seperti harjuna sasrabahu)

Dari negeri sebelah aku didatangkan. Dibungkus daun jati.
Diikat gelang rotan. Seperti tanda mata yang dihadiahkan
oleh si pencinta kepada yang dicintainya. Ketika ujung jauh

tak lagi punya arti. Bagi rasa sayang dan saling berbagi.
Dan di bandar itu. Tempat seratus kapal besar bersandar.
Seratus kapal yang mengingatkan sekawanan paus yang

berjemur. Setelah melintasi sekian samudra. Aku diserahkan
dan ditelisik. Apa aku luka. Atau gering. Atau mengusung
semacam jamur. Jamur, yang kabarnya ingin melepuhkan

setiap yang tumbuh dan menumbuh. Sampai taman, yang
diturunkan dari sorga oleh si adik panglima yang bermuka
buruk, pun hampir melepuh. Dan itu membuat nyali si raja

berderak. Terus bertitah: "Apa yang telah terjadi. Kenapa
ada hal tak terduga yang luput dari jangkauanku?" Tapi, kini,
semuanya telah beres. Aku bebas dari semua arah telisikan.

Dengan sentuhan ajaib si tukang kebun pilihan, aku pun
menegak tinggi di pusat taman itu. Dan saking tingginya,
aku lebih mirip menara kaktus daripada gumuk. Menara

kaktus dengan duri-duri yang bertaburan. Menara kaktus
yang tersentak. Ketika dalam duel yang mendebarkan
itu, tersaksikan, bagaimana si raja membiarkan dadanya

terbuka. Terus tertembus senjata si penantang. Si penantang
yang sekaligus si ksatria. Si ksatria yang sekaligus si pencinta
ayah-ibu. Hanya karena ingin menyingkap sebait teka-teki:

"Siapakah dari keduanya yang memang bisa digugurkan?
Si raja ataukah si penantang? Sebab hidup sudah terlalu
lama. Dengan kuasa keabadian yang berbongkah-bongkah."

Gresik, 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Menara Kaktus" karya Mardi Luhung menawarkan pembaca sebuah perjalanan yang kaya akan simbolisme dan metafora, menggambarkan sebuah narasi yang kompleks melalui imaji yang mendalam.

Tema

  • Identitas dan Asal Usul: Puisi ini membuka dengan penggambaran objek yang "didatangkan dari negeri sebelah," dibungkus daun jati dan diikat dengan gelang rotan. Ini menggambarkan proses transportasi dan peralihan dari satu tempat ke tempat lain, yang dapat diartikan sebagai pencarian identitas atau asal usul yang tidak lagi memiliki makna bagi si penerima. Ini juga menunjukkan bahwa objek tersebut memiliki sejarah dan makna yang mendalam bagi pihak yang memberikan dan menerima.
  • Perubahan dan Transformasi: Tempat di mana objek ini berada, "bandar dengan seratus kapal besar," menggambarkan sebuah lokasi yang kaya akan aktivitas dan kemungkinan. Objek tersebut mengalami pemeriksaan dan perubahan, termasuk kemungkinan terkena "jamur" yang dapat menghancurkan taman yang indah. Ini menyoroti tema perubahan, kerusakan, dan upaya pemulihan atau transformasi.
  • Pertarungan dan Kuasa: Narasi kemudian beralih ke sebuah pertarungan antara raja dan penantang. Si raja yang "terbuka dadanya" dan si penantang yang ingin mengungkap teka-teki tentang siapa yang lebih berkuasa. Ini mencerminkan tema perjuangan untuk kekuasaan dan pengungkapan kebenaran di tengah-tengah konflik yang mendebarkan. Perang dan duel tersebut menyiratkan pergeseran kekuasaan dan pencarian kebenaran yang lebih dalam.

Gaya Bahasa dan Teknik

  • Deskripsi dan Imaji: Mardi Luhung menggunakan deskripsi yang kuat dan imaji untuk menciptakan suasana yang hidup dan dramatis. Frasa seperti "seratus kapal besar bersandar" dan "menara kaktus dengan duri-duri" menyajikan gambaran visual yang jelas dan menghidupkan suasana puisi. Ini membangun latar belakang yang kaya untuk narasi yang berlangsung.
  • Metafora dan Simbolisme: Puisi ini kaya akan metafora dan simbolisme. Menara kaktus menjadi simbol utama, mewakili sesuatu yang tinggi, kuat, dan mungkin juga kesepian atau ketidakmampuan untuk beradaptasi. Kaktus dengan duri-durinya melambangkan kekuatan dan pertahanan, tetapi juga potensi untuk melukai.
  • Narasi dan Alur: Puisi ini mengikuti alur naratif yang kompleks dengan perubahan setting dan fokus. Mulai dari penggambaran objek yang dihadiahkan, ke pemeriksaan dan perubahan yang terjadi, hingga pertarungan antara raja dan penantang. Narasi ini menyatukan berbagai elemen menjadi sebuah cerita yang kohesif dan mendalam.
  • Personifikasi: Luhung menggunakan personifikasi untuk memberikan karakter pada objek dan elemen alam. Misalnya, "taman yang diturunkan dari sorga" dan "sentuhan ajaib si tukang kebun pilihan" memberikan kualitas manusiawi pada benda dan kejadian yang sebenarnya tidak hidup, menambah dimensi mistis dan magis pada puisi.

Makna dan Refleksi

  • Kekuatan dan Kelemahan: Puisi ini mengeksplorasi tema kekuatan dan kelemahan melalui simbolisme menara kaktus. Meskipun kaktus kuat dan berduri, ia juga mengalami tantangan dan perubahan. Ini bisa mencerminkan keadaan manusia yang menghadapi ujian dan perjuangan dalam kehidupan mereka.
  • Perubahan dan Pemulihan: Proses pemeriksaan dan transformasi objek dalam puisi mencerminkan bagaimana segala sesuatu dalam kehidupan bisa mengalami perubahan, baik itu akibat kerusakan atau usaha pemulihan. Ini menyoroti pentingnya adaptasi dan ketahanan dalam menghadapi tantangan.
  • Konflik dan Kuasa: Pertarungan antara raja dan penantang menggambarkan konflik kekuasaan dan pencarian kebenaran. Ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang bagaimana kekuasaan dan kuasa sering kali dihadapi dengan pertarungan dan bagaimana kebenaran kadang-kadang terungkap dalam proses tersebut.
  • Pencarian Identitas dan Makna: Puisi ini juga menyoroti pencarian identitas dan makna dalam konteks perubahan dan perjuangan. Objek yang dihadiahkan dan diubah, serta pertarungan yang terjadi, bisa mencerminkan usaha untuk memahami dan menemukan tempat dalam dunia yang kompleks.
Puisi "Menara Kaktus" karya Mardi Luhung adalah karya yang mendalam dan kompleks, menawarkan pembaca sebuah pengalaman naratif yang kaya akan simbolisme dan makna. Dengan menggunakan deskripsi jelas, metafora, dan narasi yang dinamis, puisi ini mengeksplorasi tema kekuatan, perubahan, konflik, dan pencarian identitas. Karya ini mengundang pembaca untuk merenung tentang bagaimana mereka menghadapi perubahan dan perjuangan dalam kehidupan mereka sendiri, serta bagaimana mereka memahami kekuatan dan kelemahan di dalam diri mereka.

Mardi Luhung
Puisi: Menara Kaktus
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.