Puisi: Maret (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Maret" karya Mardi Luhung mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, waktu, eksistensi, dan takdir.
Maret

Pada batu yang bertulis satu nasibnya sendiri
Aku letakkan satu nasibku yang juga sendiri

Waktu adalah pipi lautanmu yang membentang
Yang menjadikan aku menyelam dan berenang

Dan pada batu itu aku kelupas sekujur kulitku
Juga daging, otot, lemak dan dua-puluh kukuku.

Kau: mengapa selalu menjadi jejak-yang-sia
Mengapa pula selalu nganga-lubang-perkasa?

Dan bintang-bintangmu yang terbaur di angkasa
Bintang-bintang tang tak mempan diubah paksa.

Gresik, 2013

Sumber: Kompas (7 April 2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Maret" karya Mardi Luhung adalah karya sastra yang singkat namun penuh makna, yang menciptakan suasana introspeksi dan pemeriksaan diri. Puisi ini membahas konsep waktu, eksistensi, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang hidup dan takdir.

Simbolisme Batu: Bait pertama puisi ini menciptakan gambaran tentang batu yang memiliki nasibnya sendiri. Batu sering kali digunakan dalam sastra sebagai simbol ketidakbergerakan, keabadian, dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi takdir. Dalam konteks puisi ini, batu mewakili keteguhan dan ketidakberdayaan nasib manusia.

Waktu Sebagai Lautan: Penyair menggunakan metafora laut untuk mewakili waktu. Lautan adalah simbol kompleksitas, kedalaman, dan tak terelakkan. Dalam konteks puisi ini, waktu seperti lautan yang luas yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Penyair merenungkan bagaimana waktu telah mempengaruhi eksistensinya.

Introspeksi dan Transformasi: Pada bait ketiga, penyair menciptakan gambaran bahwa dia "mengupas sekujur kulitku." Ini bisa diartikan sebagai proses introspeksi dan transformasi diri. Penyair mungkin merasa perlu merenungkan dan memahami dirinya sendiri lebih dalam, mungkin karena pengaruh waktu dan pengalaman.

Pertanyaan Filosofis: Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang menggugah pikiran. Pertanyaan tentang "mengapa selalu menjadi jejak-yang-sia" dan "mengapa pula selalu nganga-lubang-perkasa" mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan tujuan hidup. Ini adalah pertanyaan eksistensial yang sering kali muncul dalam sastra filosofis.

Tema Kekuasaan Alam: Puisi ini juga menggambarkan kekuatan alam, seperti bintang-bintang yang tidak bisa diubah paksa. Ini mungkin menggambarkan sifat tak terelakkan dan kuasa alam semesta yang mempengaruhi nasib manusia.

Secara keseluruhan, puisi "Maret" karya Mardi Luhung adalah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, waktu, eksistensi, dan takdir. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang kuat, penyair menghadirkan suasana pemikiran mendalam yang dapat menginspirasi refleksi pribadi dan filosofis.

Mardi Luhung
Puisi: Maret
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.