Analisis Puisi:
Puisi "Kupu-Kupu Tak Tampak Lagi di Mataram" karya Sindu Putra menggambarkan sebuah Mataram yang sunyi dan senyap, di mana kehadiran kupu-kupu telah menghilang. Puisi ini menciptakan sebuah gambaran tentang kerusakan lingkungan dan dampaknya terhadap kehidupan di kota.
Mataram yang Sunyi: Dengan menggambarkan keheningan dan ketiadaan aktivitas seperti suara bunyi padi dan gerak tari beaqganggas, penyair menciptakan citra sebuah kota yang sunyi dan sepi. Hal ini menyoroti dampak negatif dari perubahan lingkungan terhadap kehidupan di kota.
Kehilangan Kupu-Kupu: Penggambaran sebuah pohon asam tua yang bicara tentang "kupu-kupu tak tampak lagi di Mataram" menggambarkan kehilangan spesies kupu-kupu yang mungkin sudah punah atau terancam punah akibat perubahan lingkungan dan kerusakan habitat.
Keresahan Lingkungan: Dalam puisi ini, burung-burung marah dan lapar membawa "bunga api di paruhnya," menciptakan gambaran tentang kehancuran yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang mungkin terjadi akibat ulah manusia. Hal ini menyoroti kepedihan dan kegelisahan terhadap kondisi lingkungan yang semakin terancam.
Kritik terhadap Pemborosan Energi: Penyair menyoroti kesendirian sebuah televisi yang menyala 24 jam sebagai metafora pemborosan energi dan sumber daya alam yang semakin meningkat di era modern. Hal ini menunjukkan kesadaran akan dampak negatif dari gaya hidup modern terhadap lingkungan.
Puisi "Kupu-Kupu Tak Tampak Lagi di Mataram" adalah sebuah puisi yang menggambarkan keheningan dan kesedihan atas kehilangan kupu-kupu dan kerusakan lingkungan di kota. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan imaji yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari ulah manusia terhadap alam dan lingkungan di sekitar kita.