Puisi: Kolam yang Terbikin dari Uap (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Kolam yang Terbikin dari Uap" menggambarkan sebuah kolam yang tidak nyata, terbentuk dari uap, yang berfungsi sebagai cerminan dari ...
Kolam yang Terbikin dari Uap

Kolam yang terbikin dari uap
penuh ikan-kelabu-licin, yang
matanya persis lilin
dengan nyala yang tersulut
dari nafasmu

dan nafasmu adalah rangkaian
kisah, ketika seorang ksatria
berkacak-pinggang di menara kota
sebab, telah menggosok
sepotong cermin yang membuat

dia mesti menjilati sendiri
bayangan tubuhnya yang begitu
cantik dan begitu menarik kulup
shahwatmu untuk menjadi sekuntum
ganggang onani

dan di pinggir-pinggir kolam
sejumput jerami mencoba tumbuhkan
akarnya, batangnya, dahannya
dan kau merasa: "Mau apa spesies
terendah itu melebarkan dirinya?"

"Ataukah jerami kini telah merasa
jika si punguk memang bisa mencaplok
bulan yang munting?"
seperti perasaan yang diusung
para kelasi, ketika kapalnya

telah merapat ke dermaga, dan
bayangan bir, teler, cinta-semalam
serta lagu-lagu kodian dapat
temukan-balik berumplung-umplung
spermanya yang telah kintir itu?

lalu di antara batu dan lumut
siapa, siapa, nanti yang bakal
menumpuk pekerjaan-akhirmu, ketika
cahaya senja surup diantara sumbu
tenagamu yang melapuk?

melambar di lingkaran nadir
berpusar turun, lalu jatuh pada
sepetak areal pemberhentian
dengan nama-nama: "Entah siapa
yang akan mengingatnya?"

"Mungkin diingat mungkin juga tidak,"
yang pasti, kau sendirilah yang
telah membikin semua itu
menjadi kwitansi-kwitansi khusus
tentang sebuah kolam

tentang apapun tentangnya
yang nanti akan tetap sebagai kolam:
"Kolam yang terbikin dari uap,"
seperti rawa-rawa yang selalu muncul
ketika terpejam tak lagi terbuka

bagi waktumu yang berikutnya
di dalam kolam itu juga ....

Gresik, 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Kolam yang Terbikin dari Uap" karya Mardi Luhung adalah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan metafora kompleks. Puisi ini menggambarkan sebuah kolam yang tidak nyata, terbentuk dari uap, yang berfungsi sebagai cerminan dari pengalaman, keinginan, dan pencarian jati diri manusia.

Simbolisme Kolam dan Uap

  • Kolam dari Uap: Kolam yang terbikin dari uap melambangkan sesuatu yang tidak nyata, ilusif, atau transien. Uap adalah bentuk air yang berubah-ubah, tidak permanen, dan sulit untuk digenggam. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari kenangan, mimpi, atau bahkan harapan yang terus berubah dan tidak bisa dipastikan.
  • Ikan-Kelabu-Licin: Ikan dengan mata seperti lilin yang terbakar oleh napas menunjukkan entitas yang hidup dalam kolam tersebut. Ikan yang kelabu dan licin mungkin menggambarkan ide atau pikiran yang sulit ditangkap dan dipahami, namun selalu hadir dan bergerak dalam pikiran.

Nafas dan Kisah Ksatria

  • Nafas sebagai Rangkaian Kisah: Nafas yang dihubungkan dengan kisah menunjukkan bahwa setiap napas adalah bagian dari cerita yang lebih besar. Ini menggambarkan bagaimana hidup manusia adalah kumpulan dari berbagai cerita dan pengalaman yang saling berhubungan.
  • Ksatria di Menara Kota: Seorang ksatria yang berkacak pinggang di menara kota setelah menggosok cermin mengindikasikan refleksi diri dan kesadaran akan keindahan atau daya tarik diri. Ksatria yang menjilati bayangannya sendiri mungkin mencerminkan keegoisan atau narsisme yang muncul dari kesadaran diri.

Simbolisme Jerami dan Perasaan Rendah

  • Jerami yang Tumbuh di Pinggir Kolam: Jerami yang mencoba tumbuh di pinggir kolam menggambarkan usaha yang mungkin dianggap sia-sia oleh beberapa orang. Jerami adalah spesies rendah yang mencoba untuk berkembang meskipun dianggap tidak berarti, mencerminkan perjuangan dan aspirasi individu yang sering kali diremehkan.
  • Spesies Terendah dan Punguk yang Mencaplok Bulan: Perasaan bahwa jerami bisa mencaplok bulan menggambarkan ambisi besar yang mungkin tampak tidak realistis. Ini mencerminkan tema aspirasi dan mimpi yang besar meskipun tampak tidak mungkin dicapai.

Refleksi dan Perenungan

  • Kapten dan Pelaut: Bayangan bir, teler, cinta-semalam, dan lagu-lagu kodian mengingatkan pada kehidupan para pelaut yang penuh dengan godaan dan pencarian kesenangan sementara. Ini mungkin menggambarkan pencarian manusia akan kebahagiaan dan penghiburan dalam hidup yang sering kali singkat dan tidak kekal.
  • Cahaya Senja dan Pekerjaan Akhir: Cahaya senja yang surup menggambarkan akhir dari sesuatu, mungkin akhir dari hidup atau akhir dari suatu fase dalam hidup. Ini menunjukkan refleksi tentang apa yang akan ditinggalkan oleh seseorang setelah mereka pergi.
Puisi "Kolam yang Terbikin dari Uap" adalah puisi yang kaya dengan simbolisme dan metafora, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, keinginan, dan pencarian makna. Kolam yang terbentuk dari uap melambangkan ketidakpastian dan transien dari pengalaman manusia. Melalui gambaran ikan, ksatria, jerami, dan pelaut, Mardi Luhung menampilkan refleksi mendalam tentang eksistensi dan perjalanan manusia. Ini adalah karya yang menantang pembaca untuk melihat melampaui permukaan dan menggali makna yang lebih dalam dari setiap baris dan kata.

Mardi Luhung
Puisi: Kolam yang Terbikin dari Uap
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.