Puisi: Banowati (Karya Gunawan Maryanto)

Puisi: Banowati Karya: Gunawan Maryanto
Banowati

bahkan tuhan pun lupa:
kenapa aku mencintaimu

aku lupa:
ini cinta atau alpa
ini cinta atau apa

tapi kau telah mengodaku
semenjak kali pertama melintas
di ruang rias
melintas, sebenarnya mengeras

lalu tinggal lagu-lagu senja
mengekalkan pagi-pagi hastina

kita pernah melewatinya, bukan
hanya lupa; kapan

cinta, atau suka, berkembang
layaknya ilalang
membelukar hingga luar pagar
pagar rumahmu
lalu jalan kecil yang memanggil-manggil
kecil, seperti cinta, hanya pas buat berdua
ya, kita bukan tukang kebun
yang awas dengan warna daun-daun
tahu-tahu: sudah bertahun-tahun

perang besar telah lewat
menghancurkan rumahmu
—seluruh kesepianmu
—seluruh yang pernah kaumiliki
wajah dan suaramu segera menua
layaknya logam berkarat
memberat
—kau belum setua itu, kau tahu
kau hanya terlalu lama mencinta
orang yang tak kaucinta

aku ingin mengajakmu duduk di sebuah malam
bercakap banyak hal sambil menikmati angin
memain-mainkan rambut ikalmu yang tak tebal
tapi batok kepalamu tak berisi apa-apa
hanya prasangka
perasaan-perasaan berlebihan
bagaimana aku bisa membuatmu bahagia
aku bahkan tak bisa membuatmu ketawa
—satu-satunya yang mungkin kulakukan
—satu-satunya hal yang kuinginkan
kaulakukan

aku benar-benar tak tahu
bagaimana harus mengakhiri ini
selain dengan meninggalkanmu
sendiri malam ini
tapi jelas aku tak bisa bertahan
dengan seluruh ledakan-ledakan
kemarahan dan keputusasaan
—aku tak ingin tubuhku kering dan berkeping-keping
setelah seluruh penyamaran dan pertempuran
yang melelahkan dan menghabiskan

seluruh tanya-jawab kita berhenti sebagai upaya
membangun hubungan yang banal dan mokal
tanya-jawab kita sekadar menunggu senja
dengan lintasan-lintasan burung yang tak pernah
kekal

surem-surem dewangkara kingkin
lir manuswa kang layon
ilang sirna denya memanise
ooo

suramnya matahari yang berduka
seperti manusia mati
hilang sudah keindahannya
ooo

tapi kau terlanjur menggodaku
bau tubuhmu telah melekat di paru-paruku
menjelma radang di malam-malam panjang
bagaimana bisa aku meninggalkanmu
—dalam keadaan seperti itu

bagaimana aku bisa meninggalkanmu
—dalam kesedihan serupa itu

bahkan tuhan pun lupa:
kenapa aku mencintaimu.

Jogjakarta, 2008

Gunawan Maryanto
Puisi: Banowati
Karya: Gunawan Maryanto
Biodata Gunawan Maryanto:
  • Gunawan Maryanto lahir pada tanggal 10 April 1976 di Yogyakarta, Indonesia.
  • Gunawan Maryanto meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 2021 (pada usia 45 tahun) di Yogyakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Menaraangin selatanmendaki pucuk menarameliukkan puncaknyadua meter dari tanahorang berkerumundengan mata silaumengagumi kubahalangkah indahnyasungguhkah ini terjadidua puluh jari …
  • VaginaLewatcelah iniengkau mengintipkehidupan.Samar-samardari balik sepibisik malammenembangkan bumi.Engkau tidak pahammengapa laut tidak bertepipadahal engkau berlayar setiap hari…
  • Pada Hari yang LainPada hari yang laindi angkasaseribu gagak raksasamenyerbu mataharimenggugurkan batu-batuterbang menutup ruangMalaikat langit ketujuhturun menghalau perusuhmenghu…
  • Sesudah PerjalananSesampai di ujungengkau menengadah ke langitkekosongan yang lembayungAyolah, ruhtiba saatnyaengkau menyerahkan diriSunyi mengantarmu ke kemahdi balik awang-uwungd…
  • PabrikDi sini dilahirkan raksasabertulang besi bersaraf bajatidak perlu nyanyidan ninabobo bidadariBerjalan sedetik sesudah turun dari kandunganmelambaikan tanganAduh, jari-jarinya…
  • In Memoriam:Yang TerbunuhSekali, hutan tidak menumbuhkan pohonBurung melayap-layap, terbakar bulu-bulunyaBumi mengaduh, menggapai bebannyaPemburu tidak pulang sesudah petang tibaLa…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.