Puisi: Walantaka (Karya Ahmad Faisal Imron)

Puisi "Walantaka" karya Ahmad Faisal Imron mengeksplorasi tema tentang cinta, kekosongan, dan pencarian makna kehidupan. Ada sentuhan yang kuat ...
Walantaka

di jalan itu ada banyak kerikil
kerikil serta cahaya bulan
seseorang menyandarkan cintanya
pada kekosongan

dan malam, di musim seperti ini

di sawah-sawah yang keruh, di air yang kusut
ketika gumpalan awan membeningkannya kembali
dengan menyimpan bayang-bayang putihnya di situ

angin dan daun-daun
seperti hendak berlindung ke utara
Walantaka amatlah jauh
kau hancur dalam kegelapan

bagai bau jenazah, abadi di hembusan udara
tercium olehku aroma daun kemboja, malam itu
dingin seakan mengusir orang-orang bersemedi
sebuah cahaya pun mengendap di sebuah tikungan

tapi kau datang
dengan niat yang jantan
lambung yang hampa
pikiran-pikiran baru
sebuah hitungan ganjil

barangkali kehidupan mesti dimulai dengan rongga terbuka
keranjang-keranjang kosong serta mata bagai elang merana

di tanah ini
telah kutemukan cermin sunyi
bentuk bahasa yang cantik
kebiruan yang terbentang

atau sesuatu yang tak mungkin menjadi tanda seru

ketika di tubuh merah api kembali bergemuruh
ketika mengantarmu ke arah matahari menyerah
ada pasar dan majlis-majlis yang riuh di pagi hari
kaligrafi bumi yang miring, hari-hari yang lipur
jalan-jalan bergelombang bagai bentuk dadamu

setelah ritual dimulai
setelah kitab itu menjadi milik kita

setidaknya, kita dapat menafsirkan kehidupan ini
dengan tetesan darah atau deraian airmata
cinta yang sanggup melelehkan batu-batu di angkasa.

1998

Sumber: Maliun Hawa (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Walantaka" karya Ahmad Faisal Imron mengeksplorasi tema tentang cinta, kekosongan, dan pencarian makna kehidupan. Ada sentuhan yang kuat dari alam dan elemen-elemen alamiah yang menggambarkan suasana dan perasaan yang kompleks.

Struktural

  • Imaji dan Simbolisme: Penyair menggunakan gambaran seperti kerikil, cahaya bulan, awan, angin, daun-daun, dan aroma daun kemboja untuk menghadirkan suasana alam yang kaya dan menghidupkan suasana puisi. Simbol-simbol ini membantu dalam mengekspresikan perasaan dan pemikiran yang lebih dalam.
  • Gaya Bahasa: Bahasa dalam puisi ini terkadang metaforis dan simbolis, memungkinkan pembaca untuk merenungkan makna-makna yang lebih mendalam. Misalnya, "ketika di tubuh merah api kembali bergemuruh / ketika mengantarmu ke arah matahari menyerah" memberikan gambaran tentang perubahan dan transisi.
  • Struktur dan Ritme: Puisi ini memiliki ritme yang mengalir dan struktur yang teratur, memungkinkan pengalaman membaca yang menyeluruh dan terhubung dengan tema-tema yang dijelaskan.

Makna dan Interpretasi

Puisi "Walantaka" mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kehidupan, cinta, dan pencarian makna dalam konteks yang lebih luas. Penyair menyajikan gambaran-gambar alam yang indah untuk menggambarkan perasaan kekosongan, pencarian identitas, dan makna kehidupan yang mendalam.

Ahmad Faisal Imron melalui puisi "Puisi Walantaka" tidak hanya menyampaikan pengalaman pribadi, tetapi juga mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi, perubahan, dan keindahan alam semesta. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan simbolisme yang kuat, puisi ini berhasil menghadirkan lanskap emosional yang mendalam dan memikat.

Ahmad Faisal Imron
Puisi: Walantaka
Karya: Ahmad Faisal Imron
Biodata Ahmad Faisal Imron:
  • Ahmad Faisal Imron lahir pada tanggal 25 Desember 1973 di Bandung.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.