Puisi: Wajahmu (Karya Arahmaiani)

Puisi "Wajahmu" menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian, kesesatan, dan keindahan yang bersifat efemeral.
Wajahmu

Aku berdiri di persimpangan
Aku menoleh
Ke kanan
Lalu ke kiri
Tak begitu paham
Arah mana harus berjalan

Kamu
Hadir tak terduga
Wajahmu bercahaya
Lingkaran surya
Kala aku tersesat
Dan terperangkap!

Dunia cuma bayang-bayang belaka
Tetapi aku kerap terkesima
Terjebak dalam pesona
Kecemasan
Keinginan dicinta
Dan mencintai

Duduk bersisian
Dalam diam
Kata lenyap
Kau dan aku hanyut
Pada sebuah sungai tak bertepi
Tenang dan dalam

Hidup cuma sementara
Namun aku sering terpana
Terjerat dalam harapan
Kegembiraan
Kesedihan
Dan rasa takut

Entah sampai kapan
Kau akan duduk dalam diam
Hilang bentuk
Hilang rupa
Menyatu dalam gelombang
Meninggalkan fana

Seperti labirin
Jalan hidup tak lurus
Kau terjebak di dalamnya
Engkau dan aku
Mengaliri
Keindahannya.

Yogyakarta, 2002

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Wajahmu" karya Arahmaiani membawa pembaca ke dalam pengalaman kompleks tentang persimpangan hidup, kehadiran yang tak terduga, dan keindahan yang bersifat efemeral. Berikut adalah analisis mendalam terhadap puisi ini:

Persimpangan Hidup: Penyair membuka puisi dengan gambaran tentang persimpangan hidup, menciptakan atmosfer ketidakpastian dan kebingungan. Persimpangan ini mencerminkan ketidakjelasan arah hidup dan perjalanan yang harus diambil dalam menghadapi kehidupan yang kompleks.

Kehadiran Tak Terduga: Dalam ketidakpastian persimpangan hidup, kehadiran "kamu" muncul tak terduga. Penggambaran wajah yang bercahaya dan lingkaran surya memberikan kesan kehadiran yang membawa cahaya dan kejelasan dalam kebingungan. Keberadaan ini bisa diartikan sebagai pencerahan atau petunjuk di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan pertanyaan.

Kesesatan dan Terperangkap: Penyair menyampaikan perasaan kesesatan dan terperangkap dalam kehidupan. Metafora kesesatan ini dapat mencerminkan kebingungan batin atau kehilangan arah hidup. Terperangkap dalam pesona wajah "kamu" menunjukkan daya tarik dan kekuatan kehadiran tersebut.

Ketidakpahaman akan Arah: Penyair menggambarkan ketidakpahaman akan arah hidup dengan menciptakan gambaran tentang menoleh ke kanan dan kiri, tanpa kejelasan akan langkah selanjutnya. Ini mungkin mencerminkan perasaan bingung dan ragu-ragu dalam menghadapi tantangan hidup.

Keindahan yang Efemeral: Puisi menyentuh pada tema keindahan yang bersifat efemeral. Wajah yang bercahaya dan lingkaran surya menunjukkan keindahan yang lewat begitu cepat, mengingatkan pembaca akan sifat sementara dari momen kebahagiaan dan cinta.

Persatuan dan Kehilangan Bentuk: Penyair menggambarkan momen duduk bersama dalam diam, ketika kata-kata lenyap, dan "kau" dan "aku" hanyut dalam sungai tak bertepi. Ini bisa diartikan sebagai pencarian persatuan dalam keheningan dan kehilangan batasan antara diri sendiri dan orang lain.

Labirin Hidup: Penggambaran jalan hidup sebagai labirin menciptakan gambaran tentang kompleksitas dan kerumitan perjalanan manusia. Persoalan hidup seperti harapan, kegembiraan, kesedihan, dan rasa takut adalah bagian dari labirin tersebut.

Kehidupan yang Fana: Penyair merenungkan sifat fana hidup, menunjukkan kesadaran akan keterbatasan dan kesejatian manusia. Keindahan hidup diibaratkan sebagai gelombang yang meninggalkan jejak dalam kehidupan yang sementara.

Metafora Sungai Tak Bertepi: Sungai tak bertepi sebagai metafora kehidupan yang tidak memiliki batasan atau garis akhir. Penggabungan dan hilangnya bentuk dalam sungai mencerminkan aliran waktu dan pengalaman hidup yang terus berlanjut.

Keindahan dalam Ketidakpastian: Meskipun hidup dianggap sebagai labirin yang rumit, keindahan terletak pada kemampuan untuk menemukan kebahagiaan dan arti dalam ketidakpastian. Penyair menyoroti keindahan kehidupan meskipun kompleksitas dan ketidakjelasan.

Puisi "Wajahmu" menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian, kesesatan, dan keindahan yang bersifat efemeral. Melalui gambaran persimpangan, kehadiran tak terduga, dan keindahan yang lewat begitu cepat, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan, persatuan, dan keindahan yang dapat ditemukan dalam pengalaman manusia.

Arahmaiani
Puisi: Wajahmu
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.