Puisi: Ulang Tahun di Kedai Sate Padang (Karya Ahda Imran)

Puisi "Ulang Tahun di Kedai Sate Padang" adalah karya yang penuh dengan imaji, simbolisme, dan bahasa yang kuat. Puisi ini menggambarkan hubungan ....
Ulang Tahun di Kedai Sate Padang

Baik, tuan, 49 tusuk daging lidah

(Maaf, sekali ini saja tuan ingatlah
padaku. Lidah senyap yang mengunyah,
melembutkan muslihat)

lidah lembu yang pedas
lidah pengicuh bergerak lemas

Kuhuni mulutmu serupa hewan penunggu
guha keramat. Guha yang mengeluarkan 
sekalian gema dan bayang. Ada banyak 
peristiwa ketika tuan diam-diam datang
mengucap mantera penjinak. Berbaring
di bawah tubuhku tuan mengikat leherku

lidah berkuah yang hangat
lidah kata yang melihat

Sejak itu, tuan, aku tumbuh
sebagai pesuruh. Seekor anjing putih
dari jenisnya yang paling indah. Matanya
serlang, taringnya berkilauan. Yang setia
menjaga selimut cahaya bulan sementara
tuan mengendap-endap ke dalam guha
Mengubah sekalian bayang, mengicuh
jantung terang

(Maaf, sekali ini saja tuan ingatlah
padaku. Lidah senyap yang mengunyah,
melembutkan muslihat)

Baik, ini tuan, 49 tusuk daging lidah

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Ulang Tahun di Kedai Sate Padang" karya Ahda Imran adalah sebuah puisi yang penuh dengan imaji, simbolisme, dan bahasa yang kuat. Puisi ini menggambarkan hubungan antara dua entitas yang saling terkait, seperti antara sang penyair dengan sang tuan, yang diungkapkan melalui metafora lidah, anjing putih, dan guha keramat.

Metafora Lidah: Lidah dalam puisi ini digunakan sebagai metafora untuk komunikasi dan ungkapan perasaan. Dalam hubungan sang penyair dengan sang tuan, lidah menjadi lambang dari keheningan dan penundaan untuk menyampaikan perasaan yang mungkin tersembunyi atau tak terungkapkan. Lidah juga menggambarkan kekuatan kata-kata, dan kemampuannya untuk mempengaruhi dan merubah situasi.

Metafora Anjing Putih: Anjing putih dalam puisi ini merupakan metafora untuk kesetiaan dan kesetiaan. Sebagai pesuruh yang setia, anjing putih menjaga selimut cahaya bulan, yang mungkin melambangkan kedamaian dan ketenangan. Kesetiaan anjing putih juga diungkapkan melalui penggambaran matanya yang serlang dan taringnya yang berkilauan, menunjukkan kesetiaan yang teguh dan kesetiaan dalam menjalankan tugasnya.

Guha Keramat: Guha keramat dalam puisi ini menggambarkan ruang yang tersembunyi dan misterius, tempat sang tuan mengendap-endap untuk merubah sekalian bayang dan mengicuh jantung terang. Guha ini dapat diartikan sebagai alam bawah sadar atau wilayah keberadaan yang tersembunyi dari manusia.

Penggunaan Bahasa Kuat: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang menarik untuk menyampaikan pesan-pesan yang lebih dalam tentang hubungan, kesetiaan, dan keheningan. Bahasa yang kuat ini membantu menciptakan suasana misterius dan puitis dalam puisi.

Refleksi dan Permintaan Maaf: Puisi ini juga mencerminkan refleksi sang penyair tentang hubungan dan perasaannya. Permintaan maaf yang diulang dua kali ("Maaf, sekali ini saja tuan ingatlah") menunjukkan kerinduan dan harapan agar perasaannya diperhatikan dan diingat oleh sang tuan.

Puisi "Ulang Tahun di Kedai Sate Padang" karya Ahda Imran adalah sebuah puisi yang penuh dengan simbolisme dan bahasa yang kuat. Puisi ini menggambarkan hubungan antara sang penyair dengan sang tuan, dengan menggunakan metafora lidah, anjing putih, dan guha keramat. Melalui bahasa puitisnya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kesetiaan, komunikasi, dan makna hubungan di dalam keheningan dan misteri.

Ahda Imran
Puisi: Ulang Tahun di Kedai Sate Padang
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Marnixstraat Jantung dingin berkaki hujan Langit putih rambut angin Maut sayang dipeluk ingin Melambai ibu di kejauhan Musim gugur pohon basah Mantel biru tubuh perempua…
  • Slooterdijk Kita akan bertemu di Slooterdijk Tapi aku tak bertemu musim panas di Slooterdijk Udara 12 derajat dalam tempias yang ganas Langit kotor seperti selimut para pen…
  • Pulau yang Bernyanyi Pikiranku dipenuhi nyanyian Cahaya mendorong nyanyianku ke tengah laut Menggema di jantung air lalu muncul kembali ke permukaan: Sebuah pulau Di pula…
  • Seekor Dingin Seekor dingin melata di balik jangat Taring cakarnya berasal dari segala bisa Runcing matanya. Lembut lidahnya Dipungutnya yang menetes dari senggama ruang d…
  • Sitor (- Barbara, Logo) Selepas salju Selekas rindu Kerling kekasih Berdenting ngilu Sepagut ciuman Sepeluk kenangan Berbayang danau B…
  • Melihat Sitor di Langit Tengah hari di Notre-Dame aku melihatnya Bertiup di angin: antara lonceng gereja, musim bunga, dan perempuan kesayangan Lelaki danau meniti di alis …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.