Analisis Puisi:
Puisi "Transfictional Suicide" karya Arif Bagus Prasetyo merupakan ekspresi yang terbilang gelap dan penuh dengan berbagai makna yang rumit.
Penyampaian Pesan dan Isu: Puisi ini menggabungkan ragam bahasa dan pengaruh budaya dengan bahasa yang kuat, merangkai pesan-pesan tentang isolasi, kehampaan, dan ketidakmampuan manusia dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan.
Simbolisme dan Penggunaan Bahasa yang Kuat: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan simbolisme yang kaya. Misalnya, "40% alkohol dalam darah" bisa jadi bukan hanya merujuk pada kadar alkohol dalam darah, tetapi juga melambangkan rasa terisolasi, kekosongan, atau kehampaan.
Referensi Sastra dan Budaya: Ada referensi ke karya-karya sastra, seperti Albert Camus dan karya-karyanya, memberikan latar belakang yang mendalam bagi ekspresi penyair tentang ketidakmampuan manusia dalam menghadapi ketidakpastian dan penderitaan.
Gambaran Realitas Sosial dan Kehidupan Manusia: Puisi ini memberikan gambaran tentang realitas sosial, yang penuh dengan pengungsi, perpisahan, dan kesia-siaan. Hal ini menunjukkan sebuah pandangan gelap mengenai kehidupan dan masyarakat, serta perasaan penyair terhadap realitas yang keras.
Penderitaan dan Perasaan Hampa: Puisi "Transfictional Suicide" menyoroti penderitaan manusia, kehampaan, serta kesulitan dalam menemukan makna dalam dunia yang keras. Menampilkan rasa kehilangan, kesepian, dan putus asa, puisi ini menciptakan atmosfer yang gelap, menuntun pembaca untuk merenungkan kondisi kemanusiaan yang sulit.
Puisi ini mengundang pembaca untuk menelusuri perasaan dan pemikiran dalam situasi yang terasa hampa dan tak berdaya, menimbulkan pertanyaan akan makna kehidupan dan manusiawi di tengah kondisi yang keras dan sulit.