Puisi: Terbelah Sudah Jantungku (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Terbelah Sudah Jantungku" karya Mardi Luhung menampilkan eksplorasi mendalam terhadap tema-tema seperti cinta, konflik, dan identitas ...
Terbelah Sudah Jantungku

Aku diletakkan di antara dagingmu
yang digarami persetujuan dan peseturuan
akan mengambang di antara kejejakkanmu
sambil menjilati garammu itu

lewat bidang dadamu
aku melihat hari-hari jadi seperti babi
mengendus-ngendus di gigir pedang tajam sambil
menyerahkan tubuhnya berdikit-dikit dibelah

dan luka-luka darah pun meleler
darahmu ataukah sekalian darahku?
dan itu bercampur seperti adonan yang diubek
dalam piala kristal milik para sakit

yang sekaligus penguasa dan pemegang tali
para akrobat yang di malam-malam sedap
memutar bulan seperti memutar pantat
pantatku yang keras dan kering ini

aku memang milikmu dan kau milikkukah?
aku memang pasir, laut, siwalan, ceruk, ikan?
kau apakah juga memang nelayan, jaring, perahu, kemudi?
sang pasangan abadi yang tak pernah undur

melintasi apa yang telah ditudingkan
Tao dalam jalan, dalam nama, dalam sakti
Kresna dalam gita kewajiban dan pengorbanan
Sufi dalam dzikir yang menelan dan memuntahkan matahari itu

“Sang Prosa Abadi!” Ya, itulah Sang Prosa Abadi! yang telah digelapkan para kelasi lewat lambung kapal Columbus dari perburuan sampai benua baru, dari benua baru sampai kamar
sendiri, dan dari kamar sendiri sampai kegemetaranmu

yang kusentuh ketika kita saling berdekapan,
berciuman lalu bersetubuh dan berak di lantai-lantai
membuat balairung jadi kakus panjang
dan menyeret Ken Arok tegak ke depan

si penjaga taman yang di matanya masih menyimpan
bagaimana fantastisnya merkuri di balik kain sang permaisuri
apakah itu memang cinta ataukah teror?
apakah itu memang begitu, kekasihku?

akh, kini tak ada lain
kecuali kita mesti menelusup ke semak-semak
seperti ular itu, seperti kalajengking itu
lantaran telah terhunus kehendak kejam

kehendak saling culik dan curiga, saling gigit dan terkam
sampai areal pun memusar pada ketiak Kurusetra, Singosari,
Bosnia, Tembok Cina, lalu terselip
pada ranjang si Salman Rushdie

yang menghitung waktu dengan keringat dingin
kegembiraan dengan dinding pengap
dan membuat kelepak jadi daging kurus
yang tulangnya saling menonjol dan rapuh

“Pletak!”: Patah! Ya, patahlah tulang-tulang kita
berserakan seperti jajaran kepulauan di khatulistiwa ini
jajaran mahkota yang di tajuknya sesak akan
suara yang mengerang-ngerang

yang timbul-tenggelam penuh daya, penuh tenaga
pukul-memukul tanpa henti, tanpa lelah
saling pandang-memandang dengan mengusung
nama, tubuh, alamat, kartu, catatan, surat jalan

sampai pada yang dekat-dekat dengan batin yang tersisa
yang melamar ibu kandung dan menikam dada ayah yang berujud anjing, 
lalu menendang sampai jadi gunung
lantaran tak bisa meneropong itu semua

jika begini,
terbelah, ya, terbelah sudah jantungku dalam kegemetaranmu
itu, kekasihku.......

Gresik, 1995

Analisis Puisi:

Puisi "Terbelah Sudah Jantungku" karya Mardi Luhung adalah sebuah karya yang menampilkan eksplorasi mendalam terhadap tema-tema seperti cinta, konflik, dan identitas melalui bahasa yang kuat dan simbolisme yang kompleks. Puisi ini menggambarkan hubungan yang intens dan ambiguitas emosional melalui metafora yang tajam dan penggambaran yang mendalam.

Konteks dan Tema Utama

Puisi ini dibuka dengan sebuah gambaran tentang kedekatan yang paradoksal: "Aku diletakkan di antara dagingmu / yang digarami persetujuan dan peseturuan." Penggunaan istilah "daging" dan "garam" menciptakan gambar kontras antara kesepakatan dan perseteruan dalam hubungan. Daging sebagai simbol kedekatan fisik dan emosional, sementara garam melambangkan rasa sakit atau ketegangan.

Konflik dan Kekerasan

Puisi selanjutnya menggambarkan kekerasan dan konflik dengan mengaitkan hari-hari dengan "babi / mengendus-ngendus di gigir pedang tajam." Perbandingan ini menyoroti kehampaan dan penderitaan yang dialami dalam hubungan tersebut. Gambar babi yang berdarah dan dibelah dengan pedang tajam mengisyaratkan kekerasan emosional dan fisik yang mendalam.

Identitas dan Kepemilikan

Bagian puisi yang mempertanyakan identitas—"aku memang milikmu dan kau milikkukah?"—menggambarkan ketidakpastian dalam hubungan. Pertanyaan retoris ini menekankan perasaan ambiguitas dan kekacauan dalam hal siapa yang memiliki siapa, serta peran dan identitas masing-masing dalam hubungan tersebut.

Simbolisme dan Referensi

Puisi ini sarat dengan simbolisme dan referensi historis dan budaya. Misalnya, referensi kepada Tao, Kresna, dan Sufi menggambarkan pencarian spiritual dan kewajiban, sedangkan nama-nama seperti Ken Arok dan Salman Rushdie membawa konotasi sejarah dan literatur yang memperdalam makna konflik dan pencarian dalam puisi.

Pernyataan "Sang Prosa Abadi" dan "gelap" serta perjalanan "dari perburuan sampai benua baru" menunjukkan pencarian makna dan kesadaran diri yang berkelanjutan. Referensi ini memberikan dimensi tambahan pada tema perpecahan dan pencarian identitas dalam konteks sejarah dan budaya.

Konfrontasi dan Patah

Bagian puisi yang menyatakan "Pletak!": Patah!" menggambarkan keputusasaan dan kehancuran. Tulang-tulang yang patah melambangkan perpecahan mendalam dan rasa sakit emosional yang dirasakan oleh tokoh puisi. Ini juga mencerminkan kekacauan internal dan eksternal yang mengganggu hubungan dan identitas pribadi.

Penerimaan dan Penutup

Penutup puisi, yang mencakup "terbelah sudah jantungku dalam kegemetaranmu," menunjukkan penerimaan dan penyerahan kepada penderitaan dan perpecahan yang ada. Jantung yang terbelah mencerminkan luka yang mendalam dan kekacauan emosional yang dialami dalam hubungan tersebut.

Ekspresi Penuh Intensitas dan Ambiguitas

Puisi "Terbelah Sudah Jantungku" karya Mardi Luhung adalah sebuah karya yang eksploratif dan kompleks, mencerminkan kedalaman emosional dan konflik dalam hubungan. Dengan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat, puisi ini menyampaikan perasaan ambiguitas, kekerasan, dan pencarian identitas yang mendalam.

Melalui gambaran yang mendalam dan referensi budaya serta historis, puisi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang konflik batin dan hubungan yang penuh dengan ketegangan. Ini adalah karya yang menantang pembaca untuk merenungkan aspek-aspek kompleks dari cinta, identitas, dan kekacauan emosional dalam konteks hubungan manusia.

Mardi Luhung
Puisi: Terbelah Sudah Jantungku
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.