Puisi: Terarosa Tanah Lombok (Karya Sindu Putra)

Puisi "Terarosa Tanah Lombok" karya Sindu Putra menggambarkan pengalaman dan refleksi seseorang di Tanah Lombok.
Terarosa Tanah Lombok

di Senggigi Kamis 17.01 WITA
orang asing itu Eureka menyeka muka

wajah kulit putih Eropanya serupa topeng kayu Labuapi
matanya dari mutiara, kaki-tangannya dari bambu, badannya dari tanah liat

hujan hutan tropis membakarnya. abunya menjelma puyuh
burung lapar dari arah ashar
terbang ke Sekotong mencari ombak setinggi ufuk
menyelam ke Gili-gili sedalam lubang hitam
singgah sebentar ke Bali. untuk mengukir tanduk jadi bentuk phallus
hingga akhirnya tidur lelap kelelahan di Tanjung Ujunglangit

igaunya: but, I’m not come from America?!

lelaki itu menatapku di Mataram pukul 14.24
pandangannya mengarah agak ke bawah,
bermuka masam kurus berdiri sedekap

lelaki kuda itu: mata melotot lidah terjulur taring mencuat
lelaki kuda musim dingin
di Lombok. bintang padam
tanah hijau muda dengan garis-garis merah ludah serangga

Ini kesepian, ujarnya
dalam badanku yang telanjang terdapat jiwamu yang telanjang
dihukum seumur hidup melafalkan nama Tuhan
Yang Maha Duka Yang Maha Dukana


Kesepian itu, katanya lagi, kekuasaan tanpa tahta
aku telah memberinya tahta dengan meminang hari tua
aku pilih jalan yang tak pernah ditempuh orang lain
tanpa perempuan menjaga mercusuar
akulah lelaki sejati
meski tanpa seorang perempuan pun pernah membuktikannya.

Analisis Puisi:

Puisi "Terarosa Tanah Lombok" karya Sindu Putra menggambarkan pengalaman dan refleksi seseorang di Tanah Lombok.

Deskripsi Lokasi: Puisi ini menggambarkan atmosfer dan suasana di beberapa tempat di Lombok, seperti Senggigi, Labuapi, Sekotong, Gili-gili, Bali, dan Tanjung Ujunglangit. Melalui penggambaran ini, penyair menyoroti keunikan dan keindahan alam serta budaya di Lombok.

Penggambaran Tokoh: Penyair menggambarkan seorang orang asing yang disebut Eureka dengan ciri-ciri fisik yang unik, seperti wajah serupa topeng kayu Labuapi dan anggota tubuhnya yang terbuat dari berbagai material alamiah. Penggambaran ini mungkin mencerminkan ketertarikan penyair terhadap keragaman manusia dan hubungannya dengan alam.

Simbolisme dan Metafora: Terdapat penggunaan simbolisme yang kuat dalam puisi ini, seperti hujan hutan tropis yang membakar dan abunya menjelma puyuh, burung lapar yang menyelam ke Gili-gili, dan lelaki kuda musim dingin. Simbol-simbol ini mungkin menggambarkan perjalanan spiritual atau pencarian identitas yang dalam.

Kesepian dan Pertanyaan Identitas: Tema kesepian dan pertanyaan identitas menjadi pusat perhatian dalam puisi ini. Orang asing tersebut mengungkapkan kesepiannya dan merenungkan kekuasaan tanpa tahta yang dia miliki. Dia juga mempertanyakan keberadaan Tuhan dan identitasnya sebagai lelaki sejati tanpa kehadiran perempuan.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini menggugah pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang keberadaan, kesepian, identitas, dan spiritualitas. Penyair mengeksplorasi kompleksitas manusia dan hubungannya dengan alam, agama, dan masyarakat.

Puisi "Terarosa Tanah Lombok" adalah sebuah perjalanan introspektif yang mendalam ke dalam jiwa dan kehidupan seseorang di Tanah Lombok. Dengan bahasa yang kaya dan imajinatif, Sindu Putra menggambarkan keindahan alam dan kompleksitas manusia, mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari kehidupan dan eksistensi.

Puisi
Puisi: Terarosa Tanah Lombok
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.