Puisi: Tangga Cahaya (Karya Anjani Kanastren)

Puisi "Tangga Cahaya" karya Anjani Kanastren mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari eksistensi dan pencarian spiritual.
Tangga Cahaya

Kalau ada yang hilang, itu bukan hatiku
Kalau ada yang pulang, itu juga bukan hatiku

Itu semata tangga cahaya
Sisi batin yang gelisah
Tak berbentuk
Tak bernyali.

1993

Sumber: Pesan Lewat Daun (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Tangga Cahaya" karya Anjani Kanastren adalah karya singkat namun sarat makna, yang mengeksplorasi tema kehilangan, pencarian jati diri, dan kegelisahan batin. Melalui bahasa yang padat dan metafor yang mendalam, Kanastren mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari eksistensi dan pencarian spiritual.

Tema Kehilangan dan Pencarian

Puisi ini dibuka dengan dua baris yang kuat: "Kalau ada yang hilang, itu bukan hatiku / Kalau ada yang pulang, itu juga bukan hatiku." Baris-baris ini mengekspresikan perasaan kehilangan yang tidak terkait dengan hati atau emosi pribadi, melainkan sesuatu yang lebih abstrak dan mungkin spiritual. Kehilangan di sini bisa diartikan sebagai kehilangan arah, tujuan, atau bahkan makna hidup.

Metafora "Tangga Cahaya"

"Ini semata tangga cahaya" adalah metafora sentral dalam puisi ini. Tangga sering kali melambangkan perjalanan atau proses naik ke tingkat yang lebih tinggi, baik secara fisik maupun spiritual. "Cahaya" dalam metafora ini bisa diartikan sebagai pencerahan, harapan, atau kebenaran. Dengan menggabungkan keduanya, Kanastren mungkin ingin menyampaikan bahwa perjalanan batin atau spiritual adalah proses menuju pencerahan atau pemahaman yang lebih dalam.

Kegelisahan Batin

Puisi ini juga menyentuh sisi batin yang gelisah: "Sisi batin yang gelisah / Tak berbentuk / Tak bernyali." Kegelisahan ini adalah kondisi yang sulit dipahami dan diungkapkan, tidak memiliki bentuk yang pasti atau keberanian untuk muncul ke permukaan. Ini menggambarkan keadaan batin yang sering kali berada dalam ketidakpastian dan keraguan.

Bahasa yang Padat dan Efektif

Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat padat dan efektif, memberikan kesan yang kuat meskipun dengan kata-kata yang sedikit. Penggunaan repetisi di awal puisi menekankan perasaan kehilangan yang bukan berasal dari hati, memperkuat kesan bahwa kehilangan ini adalah sesuatu yang lebih dalam dan abstrak.

Refleksi Spiritual dan Eksistensial

Melalui puisi ini, Kanastren mengajak pembaca untuk merenungkan aspek spiritual dan eksistensial dari kehidupan. "Tangga cahaya" menjadi simbol dari pencarian makna dan pencerahan, sementara kegelisahan batin mencerminkan perjuangan internal yang dialami setiap individu dalam perjalanan hidup mereka.

Puisi "Tangga Cahaya" karya Anjani Kanastren adalah puisi yang singkat namun mengandung banyak lapisan makna. Melalui penggunaan metafora dan bahasa yang padat, puisi ini mengeksplorasi tema kehilangan, pencarian jati diri, dan kegelisahan batin. Metafora "tangga cahaya" mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan spiritual menuju pencerahan, sementara kegelisahan batin mencerminkan perjuangan internal yang sering kali tidak memiliki bentuk atau keberanian untuk diungkapkan. Kanastren berhasil menciptakan karya yang menginspirasi pembaca untuk merenungkan makna eksistensi dan pencarian spiritual dalam hidup mereka.

Puisi
Puisi: Tangga Cahaya
Karya: Anjani Kanastren

Biodata Anjani Kanastren:
  • Anjani Kanastren, adalah nama pena dari Endang Widyaningsih, lahir pada tanggal 18 Januari 1963.
© Sepenuhnya. All rights reserved.