Puisi: Suluk Penggali Kubur (Karya Aprinus Salam)

Puisi "Suluk Penggali Kubur" tidak hanya menggambarkan tugas harian seorang penggali kubur, tetapi juga membuka pintu untuk merenung tentang makna ...
Suluk Penggali Kubur


Entah berapa ribu orang yang telah aku kubur.
Tak tahu aku. Aku tak pernah menghitung. Aku juga
tak tahu, siapa dan dari mana saja mereka.

Tapi, coba kau lihat kuburanku. Sudah berapa
orang yang aku kubur. Ribuan. Dari awal, aku sudah
di sini bersama bapakku.

Orang memanggilku Pak Kubur. Iya, namaku Sakubur.
Tidak nyombong, aku terkenal di kampungku. Tidak
ada orang yang tidak kenal Pak Kubur. Semua orang
di kampung, berurusan denganku.

Iya, telah kukubur ribuan orang, entah siapa mereka.

Kugali kubur. Kugali kubur, kugali dua meter. Kugali lima
meter. Kugali ribuan meter. Kugali jutaan meter.

Rumahku di kuburanku. Ada banyak yang menemuiku.
Mereka memperkenalkan diri mengatakan aku yang
membuat kuburan mereka. Ada yang ganteng dan
wangi. Ada yang buruk rupa dan busuk.

Ada-ada saja yang menemuiku. Akupun pura-pura kenal
Karena mereka semua akan menjadi tetanggaku.

Setiap hari aku menggali kuburan. Ada permintaan atau
tidak, setiap hari aku menggali kuburan.

Kuburku sendiri telah kugali.

Iya, aku penggali kubur. Entah berapa ratus ribu orang
yang sudah aku kubur, aku tak pernah menghitung.


Analisis Puisi:
Puisi "Suluk Penggali Kubur" karya Aprinus Salam menghadirkan suara yang unik dan memikat dari seorang penggali kubur yang merenungkan tugasnya dan identitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini menyelipkan humor dan filosofi kehidupan yang dalam dalam setiap baitnya.

Pemaknaan dalam Penggalian Kubur: Puisi ini membawa pembaca ke dunia seorang penggali kubur yang menceritakan aktivitas sehari-harinya. Penggalian kubur tidak hanya dianggap sebagai tugas fisik, tetapi juga menjadi cermin kehidupan dan perenungan tentang kematian.

Penggambaran Karakter Pak Kubur: Karakter Pak Kubur digambarkan sebagai figur yang dikenal di kampungnya, dengan nama Sakubur yang memberikan kesan akrab dan keseharian. Meskipun tugasnya terkait dengan kematian, namun Pak Kubur dihadirkan dengan sisi humanis dan sifat ramah.

Penyebutan Jumlah Kuburan: Penyair menyebutkan bahwa Pak Kubur telah mengubur ribuan orang tanpa menghitung secara pasti. Hal ini menciptakan nuansa misteri dan filosofis, menggambarkan bahwa kematian adalah suatu proses yang tak terelakkan dan mungkin tidak perlu dihitung secara rinci.

Penerimaan dalam Masyarakat: Pak Kubur dikenal oleh semua orang di kampungnya, dan hal ini menunjukkan bagaimana aktivitas yang dianggap tabu dan serius seperti menggali kubur bisa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Penerimaan ini memberikan nuansa keakraban dan kedalaman pada puisi.

Rumah di Kuburanku: Pak Kubur menyatakan bahwa rumahnya berada di kuburanku, memberikan kesan bahwa ia hidup bersama dengan tugasnya, bahkan menyejajarkan aktivitas menggali kubur dengan kehidupan sehari-harinya.

Humor dan Ironi: Puisi ini memadukan elemen humor dan ironi untuk membahas topik yang serius. Penggambaran tetangga-tetangga baru yang datang ke kuburanku memberikan sentuhan humor dan kekonyolan yang menghibur.

Refleksi Kehidupan dan Kematian: Melalui penggambaran kegiatan menggali kubur, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan dan kematian. Aktivitas sehari-hari Pak Kubur menjadi metafora untuk perenungan filosofis tentang makna hidup dan akhirat.

Puisi "Suluk Penggali Kubur" tidak hanya menggambarkan tugas harian seorang penggali kubur, tetapi juga membuka pintu untuk merenung tentang makna hidup, kematian, dan penerimaan dalam masyarakat. Dengan sentuhan humor dan ironi, puisi ini berhasil menyuguhkan pesan filosofis dalam format yang ringan dan dapat dinikmati oleh pembaca dari berbagai lapisan masyarakat.

Puisi
Puisi: Suluk Penggali Kubur
Karya: Aprinus Salam
© Sepenuhnya. All rights reserved.