Analisis Puisi:
Puisi "Suluk Desa-Desa" karya Aprinus Salam adalah sebuah karya sastra yang menyampaikan perasaan identitas dan perjuangan individu dalam menghadapi pengaruh modernisasi dan urbanisasi. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, Salam berhasil menggambarkan konflik batin antara keinginan untuk mempertahankan akar dan identitas dengan tekanan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
Konflik Identitas dan Modernisasi: Puisi ini dibuka dengan penggambaran tentang perbedaan antara lahir di malam hari bersama dengan elemen-elemen modern seperti tiang listrik, jalan, dan aspal. Hal ini menciptakan gambaran tentang konflik identitas antara akar dan identitas tradisional dengan pengaruh modernisasi dan urbanisasi.
Pertarungan dengan Perubahan Zaman: Penyair menggambarkan perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga dewasa, dengan semua perubahan fisik dan emosional yang terjadi seiring berjalannya waktu. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perjuangan individu dalam menghadapi tekanan dan tuntutan perubahan zaman.
Perasaan Terasing dan Tidak Diterima: Penyair mengungkapkan perasaan terasing dan tidak diterima di dunia modern yang semakin urban. Meskipun lahir dan dibesarkan di tengah modernitas, penyair merasa tidak sepenuhnya terhubung atau diterima oleh lingkungan modern tersebut.
Kerinduan akan Identitas dan Kebenaran: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kerinduan akan identitas dan kebenaran yang murni, yang tercermin dalam keinginan penyair untuk kembali kepada desa dan menjadi bagian dari lingkungan yang lebih tradisional dan autentik.
Secara keseluruhan, puisi "Suluk Desa-Desa" adalah sebuah karya sastra yang menggugah hati dan memprovokasi pemikiran tentang identitas, perubahan zaman, dan keinginan untuk mempertahankan akar dan identitas. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, Aprinus Salam berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang perjuangan individu dalam menghadapi modernisasi dan urbanisasi, serta kerinduan akan identitas dan kebenaran yang murni.