Puisi: Sindu (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Sindu" bukan hanya sekadar deskripsi alam yang indah, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia, kekosongan, ...
Sindu

Tak ada amis
di kelopak pantai-pantaimu, sindu.

Turis terakhir telah lewat
Dengan seekor anjing kecilnya yang
Nampak letih;
Berjalan tertatih-tatih
Barangkali agak mabuk
Dan menggigil sesekali. Seharian. Berjam-jam
Dituang debur yang meluap ke
Sebalik rumpun abu:

Koloni yang terbakar

Di bawah sumbu memar.

Apakah yang kita tunggu? Masih
adakah yang ingin kauyakini?

Mata lena dalam angin.
Bibir dingin. Dan sisa hasrat
Yang memuncrat
Dalam oleng
Sekaleng bir
Campur pasir.

Matarimu luka parah, Ratu. Kau tahu
Meski tanpa tangis dan gerimis. Tiada
amis yang tercatat di kelangkang coklat ini.

Dan memang:
Tak kaupasang musik sedih.
Lirik nyurup.
Juga cemas pada senja yang mengerang. Yang mendesak
Dengan ganas dan bergegas melarikan lampu-lampu
Biru
Membubung tinggi. Terbang
Ke undakan langit
Seram.

Memang.
Tapi sangit apakah ini?
Sisik perak yang meledak di angkasa
Malam hari?
Perasaan kecut
Yang bertahan bagai sayap
Burung laut yang tersirap
Dan menciut menyaksikan
Cakar-cakar ombakmu
Siap menerkam?

Tetapi,
sangit
siapakah
ini.

1995

Analisis Puisi:
Puisi "Sindu" karya Arif Bagus Prasetyo mengeksplorasi tema alam, kehampaan, dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia.

Gambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke tepi pantai yang sunyi, di mana ombak dan angin menciptakan suasana yang hening dan melankolis. Pantai yang sunyi digambarkan dengan indah, tetapi juga terasa sepi dan suram, menciptakan atmosfer kesendirian dan misteri.

Kehampaan dan Keputusasaan: Melalui gambaran turis yang terakhir dan anjing kecilnya yang letih, puisi menggambarkan perasaan kekosongan dan kelelahan yang melanda manusia. Bahkan alam semesta tampaknya merasakan kelelahan dan keputusasaan, tercermin dalam gambaran koloni yang terbakar dan atmosfer yang mendesak.

Ketidakpastian dan Pertanyaan Dalam: Puisi ini memunculkan pertanyaan yang menggelitik dan mengundang refleksi. Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi, apa yang kita tunggu, dan apa yang sebenarnya terjadi di balik suasana gelap dan melankolis menciptakan ketegangan dalam pikiran pembaca.

Ekspresi Emosi: Bahasa dalam puisi ini sangat kuat dan evokatif. Dari gambaran mata yang luka parah hingga hasrat yang memuncrat dalam oleng sekaleng bir, puisi ini menggambarkan beragam emosi manusia, mulai dari kelelahan hingga keputusasaan, dari kehampaan hingga kegelapan.

Pertanyaan Esensial: Puisi ini mengajukan pertanyaan esensial tentang keberadaan dan makna hidup. Dengan menggambarkan alam yang tegang dan misterius, puisi ini merangsang pembaca untuk mempertanyakan arti dari apa yang mereka alami dan rasakan di dunia ini.

Dengan demikian, puisi "Sindu" bukan hanya sekadar deskripsi alam yang indah, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia, kekosongan, ketidakpastian, dan pencarian makna di dalamnya. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan kedalaman eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam semesta yang luas.

Puisi
Puisi: Sindu
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.