Puisi: Sahabat Laut (Karya Mardi Luhung)

Puisi "Sahabat Laut" karya Mardi Luhung mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam, kehidupan sehari-hari, dan pencarian ...
Sahabat Laut

Seperti manusia, sahabat laut bisa berganti bentuk. Jika
senang akan gemuk. Jika susah akan susut. Terus
memanjang. Seperti pilinan yang terentang dan hidup.
Menelusupi celah, lubang dan kedalaman. Kedalaman
Yang jauh dari pikiran.

Dan seperti manusia, sahabat laut pun bisa berbahagia.
Berlarian. Melompat. Tiarap. Dan sesekali meraih kupu-
kupu dan capung. Meski tak pernah bisa. Lalu jika lelah
tiba, pulang ke biliknya. Pulang dengan keringat dan debu
di tengkuk.

Dan di biliknya, seperti manusia juga, sahabat laut punya
ayah dan ibu. Ayah dan ibu yang bahagia. Yang tak lupa
dikabarkan selalu membaca koran dan menyulam. Ayah dan
ibu yang bercerita tentang si monyang yang perkasa, sakti
dan misterius.

Si moyang yang bekerja sebagai tukang kebun. Yang
menggarapi kebun berdinding tinggi. Dinding yang
terhampar dengan sekian penjaga. Yang konon tak pandai
menebak. Tapi tak boleh bertanya: "Kenapa datang. Apa ada
yang bisa dibantu?"

Dan seperti manusia, sahabat laut memang senang menemui
sesamanya. Dan jika sudah bertemu, maka omong-omong
pun tergelar, mulia dari soal parit yang mempet, warung
kopi yang cuek, sampai pada tuhan yang selalu ingin
disertakan.

Sebab, merasa: tuhan adalah si penyepi yang perlu untuk
dihibur.

Gresik, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Sahabat Laut" karya Mardi Luhung menawarkan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, khususnya laut, melalui perumpamaan yang menggambarkan laut sebagai makhluk hidup yang mirip dengan manusia. Dalam puisi ini, Luhung menggabungkan elemen kehidupan sehari-hari dengan imajinasi, menciptakan gambaran yang kaya akan makna dan emosi.

Tema

  • Personifikasi Laut: Puisi ini menggunakan personifikasi untuk menggambarkan laut sebagai entitas yang hidup dan merasa seperti manusia. Laut digambarkan sebagai "sahabat" yang memiliki berbagai bentuk emosi dan perilaku, seperti kegembiraan, kesedihan, dan keletihan. Ini mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia dan laut, serta bagaimana kita seringkali melihat alam sebagai cerminan dari keadaan batin kita.
  • Kehidupan Sehari-hari Laut: Sahabat laut dalam puisi ini memiliki kehidupan yang serupa dengan manusia—memiliki perasaan bahagia, lelah, dan rutinitas sehari-hari. Laut berlarian, melompat, dan pulang dengan keringat dan debu, menciptakan gambaran kehidupan laut yang dinamis dan penuh warna. Ini menggarisbawahi bagaimana alam, seperti manusia, memiliki ritme dan pola kehidupannya sendiri.
  • Keluarga Laut: Luhung juga memperkenalkan aspek keluarga laut, dengan ayah dan ibu laut yang bahagia. Mereka terlibat dalam kegiatan sehari-hari seperti membaca koran dan menyulam, serta menceritakan kisah-kisah tentang moyang. Ini menambahkan dimensi personal dan intim pada sahabat laut, membuatnya lebih manusiawi dan mudah dipahami.
  • Hubungan dengan Tuhan: Puisi ini juga menyentuh tema spiritualitas, dengan sahabat laut yang merasa perlu menghibur Tuhan. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kebahagiaan dan kesedihan, ada kebutuhan mendalam untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, mencerminkan pencarian makna dan kedamaian dalam hidup.

Gaya Bahasa dan Teknik

  • Personifikasi dan Metafora: Luhung menggunakan personifikasi untuk memberi kehidupan dan emosi pada laut. Laut digambarkan dengan berbagai aktivitas dan perasaan yang biasa dilakukan manusia. Metafora ini membuat laut lebih relatable dan memungkinkan pembaca untuk merasakan kedekatan emosional dengan alam.
  • Imaji dan Visualisasi: Puisi ini kaya akan imaji, dengan gambaran sahabat laut yang berlari, melompat, dan pulang dengan keringat dan debu. Visualisasi ini menciptakan gambaran yang jelas dan mendalam tentang kehidupan laut, membuat puisi ini lebih hidup dan memikat.
  • Kehidupan Sehari-hari: Detail-detail kecil, seperti ayah dan ibu laut yang membaca koran dan menyulam, menambahkan nuansa kehidupan sehari-hari yang familiar dan menghubungkan pembaca dengan elemen-elemen rutin dalam kehidupan laut. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam konteks yang luar biasa, ada elemen-elemen kehidupan sehari-hari yang dapat dikenali dan dipahami.

Makna dan Refleksi

  • Hubungan dengan Alam: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kita berhubungan dengan alam dan bagaimana kita sering kali melihatnya sebagai cerminan dari keadaan batin kita. Dengan menggambarkan laut sebagai sahabat yang memiliki emosi dan rutinitas, Luhung menyiratkan bahwa hubungan kita dengan alam adalah sesuatu yang pribadi dan emosional.
  • Kehidupan dan Keluarga: Menerapkan konsep kehidupan sehari-hari dan keluarga pada laut menunjukkan bahwa, terlepas dari seberapa besar atau berbeda lingkungan kita, kita semua memiliki kesamaan dalam hal pengalaman hidup dan kebutuhan emosional. Keluarga dan rutinitas sehari-hari adalah elemen-elemen universal yang menghubungkan semua bentuk kehidupan.
  • Spiritualitas dan Koneksi: Tema spiritualitas dalam puisi ini menunjukkan kebutuhan mendalam manusia untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Meskipun sahabat laut memiliki perasaan dan aktivitas sehari-hari, ada juga kebutuhan untuk menghibur Tuhan, mencerminkan pencarian makna dan kedamaian dalam hidup.
Puisi "Sahabat Laut" karya Mardi Luhung adalah sebuah karya yang menawarkan pandangan mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam melalui personifikasi laut. Dengan menggunakan gaya bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, Luhung menciptakan gambaran kehidupan laut yang penuh emosi dan makna. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam, kehidupan sehari-hari, dan pencarian spiritualitas, menjadikannya sebuah refleksi yang kaya dan penuh makna.

Mardi Luhung
Puisi: Sahabat Laut
Karya: Mardi Luhung

Biodata Mardi Luhung:
  • Mardi Luhung lahir pada tanggal pada 5 Maret 1965 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.